Minggu, 29 November 2015

Rumah Multatui



Kata “Multatuli” mungkin masih terdengar asing ditelinga masyarakat, namun untuk masyarakat Kota Rangkasbitung Kabupaten Lebak nama itu sudah tidak asing lagi karena nama itu dijadikan sebagai salah satu nama jalan. Sebenarnya siapa sih, Mulatatuli itu? Seberapa penting nama Multatuli itu sehingga namanya dijadikan nama jalan di Kabupaten Lebak?
Multatuli merupakan nama samaran atau nama pena (dari bahasa Latin Multa tuli, "Saya telah melakukan banyak"), dari Eduard Douwes Dekker.        

                       
Gambar Multatuli
                        Eduard Douwes Dekker lahir di AmsterdamBelanda2 Maret 1820 lalu  meninggal di Ingelheim am RheinJerman19 Februari 1887 pada umur 66 tahun.
                        Pada tahun 1838 Eduard pergi ke pulau Jawa dan pada 1840 tiba di Batavia sebagai seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal ayahnya. Dengan bantuan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri(ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia. Tahun 1842 ia meminta untuk di pindahkan ke Sumatera Barat. Di tahun yang sama pula ia di pindahkan ke Natal, Sumatera Utara untuk bertugas sebagai kontrolir. Lalu menjadi Asisten Residen di Ambon (1851).
                        Pada tanggal 21 Januari 1856 pemerintah kolonial Belanda menugaskan Eduard Douwes Dekker untuk menjadi Asisten Residen di Afdeling Lebak untuk menggantikan C.E.P Carolus, yang menjadi Asisten Residen sebelumnya.Selama Dekker menjabat sebagai Asisten Residen Lebak, Dekker melihat kesewenang-wenangan yang di lakukan oleh R.T.A. Karta Nata Negara dan Raden Wira Kusuma, yang menjadi Demang Parungkujang.
            Pada tanggal 24 Februari 1856, Douwes Dekker melaporkan tindakan – tindakan yang dilakukan oleh Bupati Lebak kepada Residen Banten C.P. Brest van Kempen, Dekker menuduh bupati telah menyalahgunakan kekuasaannya dengan melakukan pemerasan kepada rakyat Lebak. Tetapi gubernur jenderal dan Raad van Indie menilai tindakan yang diambil oleh Douwes Dekker tidak dapat dibenarkan dan ia akan segera dipindahkan. Karena kecewa atas keputusan atasannya itu, Dekker mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 4 April 1856.                                  Dekker meninggalkan rumah yang ditempatinya selama menjadi Asisten Residen Lebak, yang kemudian pindah ke Eropa. Selama itu, Dekker menulis buku Max Havelaar  yang diterbitkan pada tahun 1859 di Brussel, Belgia. Max Havelaar bercerita mengenai kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap rakyat Hindia Belanda karena adanya sistem tanam paksa yang menyebabkan penderitaan baik secara lahiriah maupun batiniah bagi rakyat pribumi pada masa itu.Setelah buku Max Havelaar terbit Belanda mendapat kecaman dari masyarakat Eropa atas tindakan yang dilakukan oleh Belanda terhadap tanah jajahan Hindia Belanda, hingga akhirnya tanam paksa dihapuskan.
                        Residentie Assisten Recidente Van Lebak ( Rumah Dinas Multatuli ) berdiri pada tahun 1902 terletak di Jl. Iko Jatmiko Rangkasbitung. Namun, kebenaran tentang tahun berdirinya rumah Multatuli ini masih perlu dikaji lebih lanjut lagi karena hal ini tidak sesuai dengan kedatangan Multatui di Lebak pada tahun1856 sehingga dapat dikatakan bahwa rumah Multatuli dibangun sekitar abad ke 19.
                        Multatuli atau Eduard Douwes Dekker menempati rumah tersebut hanya sekitar 3-4 bulan saja karena Multatuli mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggalkan rumah yang ditempatinya saat menjadi Asisten Residen Lebak, kemudian pindah ke Eropa.Selama itu, Multatuli menulis buku Max Havelaar yang diterbitkan pada tahun 1859 di Brussel, Belgia.
                        Sekitar tahun 1960 Rumah Multatuli dijadikan sebagai Museum (tempat peninggalan benda-benda bersejarah), sekitar tahun 1986 dijadikan sebagai Perumahan Kodim, kemudian dijadikan Kantor Departemen Kesehatan pada masa jabatan Bapak Bupati Oman Sachroni. Rumah Multatuli juga pernah di jadikan Perumahan Kodim dan Kantor Dinas Kesehatan atau PUSKESMAS.
                        Banyak masyarakat di Kota Rangkasbitung yang kurang mengetahui letak rumah Multatuli,padahal rumah Multatuli terletak di Jl Iko Jatmiko Rangkasbitung (sekitar lokal area Rumah Sakit Umum Adjidarmo yang baru dan yang lama), lalu pada tahun 2012 Dinas Pendidikandan Kebudayaan Pendidikan Provinsi Banten mengesahkan Rumah Multatuli sebagai Benda Cagar Budaya, lalu pemerintah daerah Lebak memasang plang di depan rumah Multatuli sebagai upaya mempublikasikan rumah Multatuli.

Seperti terlihat pada gambar :

Gambar Rumah Multatuli tampak samping kiri
                        Rumah itu berdiri di sekitar lokal area bangunan baru Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.  Lantai berdebu, kaca nako merosot dan terlepas dari jepit penyangganya, meja dan kursi yang tergeletak tak beraturan menambah kusam penampilan rumah, lalu di ruangan depan terdapat setumpuk kardus bekas obat-obatan Rumah Sakit, di bagian samping kiri terlihat debu dimana-mana dan di selasar rumah Multatuli dijadikan sebagai tempat beristirahat oleh para kerabat pasien Rumah Sakit Umum Dr.Adjidarmo, Rumah itu pun lebih menyerupai kantor yang lama tak digunakan ketimbang bekas kediaman Asisten Residen yang namanya terkenal ke seantero jagat: Eduard Douwes Dekker alias Multatuli.
“Kemungkinan besar bangunan asli sudah tak ada lagi,” kata Bambang Eryudhawan, arsitek dari Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia.Kecuali sebidang tembok tua selebar kira-kira enam meter setinggi lima meter yang masih berdiri tegak ditambah batu bata merah berukuran 30 x 8 cm menyembul pada pelur geligir atas yang rompal, tak lagi tanda-tanda guratan kisah masa lalu pada rumah itu.Genteng, tegel, kaca, daun pintu dan jendela di perkirakan berusia setengah abad dan di buat bukan pada zaman Bupati Raden Adipati Karta Nata Nagara berkuasa.
                        Pemerintah Daerah Lebak telah mengizinkan rencana rekonstruksi ulang rumah Multatuli. Mantan Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah mengatakan pemerintah Lebak menyambut baik upaya pihak Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia dan pemerintah Belanda yang berencana merekonstruksi rumah Multatuli.
                        Diskusi pembangunan ulang rumah Multatuli di Lebak memang telah lama berlangsung dan melibatkan beberapa pihak, termasuk Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Pada tahun 2006 Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda Maria J.A van der Hoeven yang mengunjungi situs rumah Mutatuli di Rangkasbitung berjanji akan mendukung pendanaan pembangunan memorial di atas rumah tersebut.
                        Sementara itu Kepala Bagian Persdan Kebudayaan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta Paul Peters mengatakan pemerintah Belanda mendukung upaya pembangunan setelah ada hasil riset dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Banten di Serang.Hasil riset itu untuk menguatkan fakta sejarah bahwa di situs itu pernah berdiri rumah yang pernah ditempati oleh Douwes Dekker alias Multatuli.“Pemerintah Belanda akan mendukung usaha pembangunan memorial Multatuli di Rangkasbitung. Tapi setelah BP3 mengeluarkan hasil risetnya.dan kami sedang menunggu itu, ” kata Paul Peters.
                        Namun sampai saat ini hal tersebut masih belum terealisasi akibat banyaknya kendala yang dihadapi. Misalnya masalah dana yang tak pernah terdengar kabarnya, dan juga masalah material bangunan yang digunakan untuk membangun rumah Multatuli itu berbeda dengan material bangunan yang ada pada saat ini. Karena untuk membangun kembali Benda Cagar Budaya itu harus memakai material yang sama dengan material yang digunakan pada saat pembangunan pertamanya.
                        Terlepas dari siapa Mutatuli itu, dan bagaimana polemik-polemik yang dialami oleh Mulatatuli hal itu semua merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia yang harus kita ketahui dan tidak boleh untuk dilupakn. Dan hal terpenting yang harus kita lakukan adalah merawat dan melestarikan rumah Multatuli tersebut karena bagaimanapun juga rumah tersebut merupakan benda cagar budaya yang dimiliki oleh bangsa ini. “Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya”.

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah
            Manusia mempunyai akal yang membedakannya dengan makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Akal yang dimilikinya membuat manusia mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan hidup dalam kehidupannya. Manusia juga mampu membuat peralatan- peralatan yang dapat meringankan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia membuat peralatan bukanlah hal yang dapat dilakukan dengan begitu saja, tetapi telah melalui proses pengalaman. Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui menjadi dasar bagi pembentukan pengetahuan, dengan pengetahuan yang telah dimiliki inilah manusia dapat membuat peralatan-peralatan tersebut.
            Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman menyebabkan manusia terus mengembangkan pengetahuannya. Untuk mengembangkan pengetahuannya tersebut dibutuhkan juga sarana. Sarana yang baik memungkinkan manusia akan memperoleh  pengetahuan baru melalui aktivitas berpikir yang benar. Berpikir ilmiah dan melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah, bertujuan memperoleh  pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia  jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat pasti, sehingga aktivitas atau kegiatan ilmiah tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut. Penguasaan sarana ilmiah sangat penting  bagi ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dengan benar dan menemukan ilmu yang benar.
            Suriasumantri (2009:167), “Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah?
2. Apakah tujuan sarana berpikir ilmiah?
3. Apakah fungsi sarana berpikir ilmiah?
4. Apa saja peranan sarana berpikir ilmiah tersebut ?
5. Bagaimanakah hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa, matematika, dan statistika ?

C. Tujuan
            Makalah ini ditulis untuk membahas dan memahami tentang sarana berpikir ilmiah, meliputi: pengertian sarana berpikir ilmiah, tujuan sarana berpikir ilmiah, fungsi sarana  berpikir ilmiah, sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah, dan bagaimanakah hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa, matematika, dan statistika.

 BAB II
           PEMBAHASAN

A.    Pengertian Berfikir Ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan  empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu  menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
B.     Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah
            Surisumantri (2009:165), ”Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh”. Sarana ilmiah merupakan suatu alat, dengan alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia melakukan tahapan kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan tahapan tersebut. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia berpikir mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang benar.
            Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur. Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika dan statistika (Suriasumantri, 2009:167). Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain dapat mengikuti dan melacak kembali proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum.
            Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :
a.       Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwasarana   ilmiah   itu   merupakan   kumpulan   pengetahuan   yang   didapatkanberdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmuumpamanya   adalah   penggunaan   induksi   dan   deduksi  dalam  mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai   metode   tersendiri   dalam   mendapatkan   pengetahuaannya   yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.
b.      Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk   menelaah   ilmu   secara   baik.   Sedangkan   tujuan   mempelajari   ilmu dimaksudkan   untuk   mendapatkan   pengetahuan   yang   memungkinkan   kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka saranaberpikir   ilmiah   merupakan   alat   bagi   cabang-cabang   ilmu   untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
            Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkanmerupakan ilmu tersendiri.
C.    Tujuan Sarana Berpikir Ilmiah
            Suriasumantri (2009:167), Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari.
            Harus dibedakan antara tujuan mempelajari sarana ilmiah dan tujuan mempelajari ilmu. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan kegiatan penelaahan ilmiah. Untuk memaksimalkan kemampuan manusia dalam berpikir menurut kerangka berpikir yang  benar maka diperlukan pengetahuan tentang sarana berpikir ilmiah dengan baik pula. Manusia mempelajari ilmu agar dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Manusia dapat meningkatkan kemakmuran hidupnya dengan ilmu yang telah dipelajarinya.
D.    Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah
            Suriasumantri (2009:167), ”... fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri”.
            Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara menyeluruh dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Suriasumantri, 2009:165). Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu berupa sarana berpikir ilmiah. Sarana  berpikir ilmiah hanyalah alat bantu bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu. Sarana berpikir ilmiah bukanlah suatu ilmu yang diperoleh melalui proses kegiatan ilmiah.
E.     Peranan Sarana Berpikir ilmiah
            Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
1.      Peran Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah
            Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatiakan bahasa dan menggapnya sebagai suatu hal yang bisa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Banyak ahli bahasayang telah memberikan uraiannya tentang pengertiannya tentang pegertian bahasa. Pernyataan tersebut  tentunya  berbeda-beda cara menyampikannya. Seperti pendapat Bloch and Trager mengatakan bahwa : a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which asocial group cooperates (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk komunikasi). Peran bahasa disini adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah dan sebagai sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa tiada komunikasi.

Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:
·         Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalah pahaman Informasi.
·         Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
·         Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para pemakainya.
·         Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
Bahasa ilmiah  berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi  ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat-syarat: Bebas dari unsur emotif,  reproduktif,  obyektif, eksplisit.
Bahasa pada hakikatnya mempunyai  dua fungsi utama yakni,
·         Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
·         Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
            Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang  integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan.


Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
§  Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua  yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
§  Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik. Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut:
·         Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung.
·         Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.

2.    Peran Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
            Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.  Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
            Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.
Peranan Matematiki sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat yang mempunyai kemampuan sebagai berikut:
·         Menggunakan algoritma.
·         Melakukan manupulasi secara matematika.
·         Mengorganisasikan data.
·         Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
·         Mengenal dan menenukan pola.
·         Menarik kesimpulan.
·         Membuat kalimat atau model matematika.
·         Membuat interpretasi bangun geometri.
·         Memahami pengukuran dan satuanya.
·         Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan komputer. 
Adapun kelebihan dan kekurangan matematika:
§  Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa matematika sangat universal.
§  Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
3.    Peran Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah
            Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
            Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen.  Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
·         Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
·         Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
·         Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
·         Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
            Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik.  Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
            Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
            Pada hakikatnya sarana berfikir  ilmiah  merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah berfikir  tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.
            Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia. kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu Sumber pengetahuan dimana berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan  pada perasaan manusia dan ukuran kebenaran dimana berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.
F.     Hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa, matematika, dan statistika
            Hubungan statiska antara sarana berpikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogismus.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
§  Seseorang dikatakan berfikir ilmiah jika dia dapat berfikir secara logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan  empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkannya.
§  Sarana berpikir ilmiah ialah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
§  Sarana yang digunakan dalam brpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika dan stasistika.
§  Peranan sarana berpikir ilmiah
a.       Peranan Bahasa
      Bahasa berperan sebagai alat berpikir ilmiah dan alat komunikasi untukmenyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang yangberlandaskan logika induktif maupun induktif. Menggunakan bahasa yang baikdalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi denganbahasa yang tidak baik dan tidak benar.
b.  Peranan Matematika
            Secara deduktif, matematika dapat berperan untuk menemukanpengetahuan   yang   baru   berdasarkan   premis-premis   tertentu,   walaupunpengetahuan   yang   ditemukan   ini   sebenarnya   bukanlah   konsekuensi   daripernyataan-pernyataan ilmiah yang telah temukan sebelumnya.
c.  Peranan Statistika
            Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, maka statistika membantuuntuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secaralebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

§  Hubungan antara sarana ilmiah Bahasa, Matematika dan statistika
            Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan   berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika   mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak mengalami kesalahan, diharapkan bagi pembaca memberikan komentar agar makalah ini dapat lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA




Kawalu Baduy Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan

Baduy merupakan salah satu suku yang berada di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy memang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, karena suku Baduy sangat terkenal dengan kearifan lokalnya, keasrian wilayahnya, keramahan penduduknya, dan ketaatannya pada budaya leluhur. Masyarakat Baduy yang berada di wilayah Kabupaten Lebak ini terbagi menjadi dua bagian wilayah yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Perbedaan kedua wilayah ini terlihat dari sikap para penduduknya itu sendiri. Terlihat dari sikap masyarakat Baduy Luar yang sudah mulai bisa menerima budaya dari luar, misalnya dilihat dari pakaian yang memiliki ciri khas berwarna hitam berkancing serta ikat kepala berwarna hitam juga namun memiliki corak khas Baduy, perempuan-perempuan Baduynya pun banyak yang memakai perhiasan emas, masyarakat yang sudah mau menaiki kendaraan, dan banyak dari mereka juga yang sudah memiliki handphone bahkan ikat kepala yang mereka kenakan sudah menjadi ciri khas Baduy yang dijual luas di masyarakat dengan berbagai variasi model mulai dari slayer (ikat kepala) hingga baju. Untuk Baduy Dalam sendiri, mereka sama sekali tidak mau menerima budaya dari luar. Pakaian yang mereka kenakan berwarna serba putih mulai dari celana, baju yang polos tanpa tambahan-tabahan lain hingga ikat kepala. Walaupun adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi, tetapi tetap saja masyarakat Baduy Luar maupun Baduy Dalam ini masih memegang teguh kebudayaannya demi keberlangsungan hidup generasi penerusnya.
Sebenarnya masyarakat Baduy sendiri tidak menyebut dirinya sebagai masyarakat “Baduy”.  Mereka lebih senang disebut sebagai orang Kanekes, Cibeo, Cikartawana dan sebagainya sebagaimana nama kampung tempat mereka bermukim. Sebutan “Baduy” disebutkan oleh orang luar. Kata Baduy sendiri dimungkinkan dari nama sungai yang melintasi perkampungan mereka “Cibaduy”. Menurut cerita yang beredara di masyarakat, Baduy ini merupakan masyarakat yang berpindah-pindah. Ada yang menyebutkan bahwa masyarakat Baduy ini dulunya merupakan masyarakat dari kerajaan Pajajaran yang mengasingkan diri dari penyebaran agama islam yang pada waktu itu menyebar ke kerajaan Pajajaran. Mereka lebih memilih pindah dan mengasingkan diri ke wilayah pegunungan di daerah Kabupaten Lebak. Mereka enggan untuk berpindah kepercayaan karena mereka sangat memegang teguh pada budaya leluhur dan kepercayaan yang mereka anut itu disebut “Sunda Wiwitan”.
Rumah tinggal mereka berbentuk panggung terbuat dari bambu, kayu dengan atap dari ijuk yang bahannya didapat dari alam sekitarnya. Bahan, bentuk dan  tata ruang rumah mereka relativ sama, dengan satu pintu dan tanpa jendela. Arah hadapnya mengarah ke Utara-Selatan, sebagai bentuk penghormatan terhadap Arca Domas (tempat yang paling disakralkan).
Mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam padi di huma atau ladang. Dengan memiliki tahapan dan waktu tanam yang seksama, sesuai perhitungan yang seksama dari para  olot. Prosesi penanaman hingga panen padi, memiliki kekhasan  kukuh pada aturan tradisi, seperti : Nyacar bulan Sapar, Ngaduruk bulan Kapitu, Ngaseuk bulan kasalapan. Ada juga Ngadiukkeun Indung dan lain-lain.
Masyarakat Baduy mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional;  mengikuti aturan negara Indonesia, dan sistem adat ;  mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Kedua sistem tersebut diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan. Artinya; secara nasional masyarakat Baduy dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi, yaitu "Pu'un".
"Pu'un" berada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan “Pu'un” tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.
Masyarakat Baduy memiliki banyak sekali upacara adat namun yang paling terkenal adalah Seba. Selain Seba ada pula upacara atau ritual yang sangat menarik karena upacara atau ritual ini dapat membantu pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan. Kawalu merupakan prosesi tutup tahun yang berlangsung selama 3 bulan yang waktunya sesuai menurut perhitungan masyarakat Baduy atau dalam kalender nasional sekitar bulan April hingga Juni. Ketika prosesi Kawalu ini berlangsung, masyarakat Baduy melakukan puasa selama 3 bulan lamanya. Selain itu mereka juga membersihkan lingkungan Baduy dari barang-barang yang bersifat modern, misalnya dari barang-barang yang terbuat dari bahan plastik, kertasa atau barang-barang modern lainnya yang biasanya dibawa oleh para pengunjung ketika mereka  berada di Baduy. Maka dari itu selama Kawalu berlangsung daerah Baduy tertutup bagi siapapun baik itu wisatawan atau bahkan bagi para pejabat negara. Kawalu juga dijadikan sebagai ajang untuk merenungkan diri dan menenangkan diri dari rutinitas sehari-hari. Setelah prosesi ritual Kawalu ada ritual Ngalaksa sebagai wujud kegembiraan setelah berpuasa.Kemudian dilanjutkan dengan Serentaun yang merupakan sidang evaluasi hasil pertanian, ditandai dengan mamasukan padi ke dalam lumbung / leuit, diakhiri dengan hiburan yang dilakukan di setiap kampungnya. Dan sebagai penutup dilakukan Seba sebagai wujud dari kesetiaan dan ketaatan warga Baduy kepada pemerintahan Republik Indonesiayang ditandai dengan memberikan hasi panen kepada Bupati Lebak serta Gubernur Banten.
Dari prosesi ritual Kawalu ini, kita dapat mengambil banyak pelajaran tentang bagaimana melestarikan lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus bisa mengurangi penggunaan plastik, misalnya ketika kita berbelanja di pasar sebaiknya kita membawa tas belanjaan sendiri yang terbuat dari bahan non plastik yang tentunya bisa dipakai berulang-ulang. Walaupun sepertinya kehidupan kita ini tidak bisa lepas dari barang-barang yang berasal dari plastik tetapi dengan adanya Kawalu ini setidaknya kita bisa termotivasi untuk mengurangi pemakaian plastik. Tidak hanya itu, dari masyarakat Baduy juga kita bisa belajar tentang kejujuran yaitu dari pepatah Baduy lojor teu meunang diteukteuk, pendek teu meunang disambung (panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung), maksud dari pepatah ini adalah kita hidup harus dengan kejujuran, tidak boleh dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangkan.