Untuk mendapat pengertian yang tepat mengenai Filsafat Pengetahuan Islam maka kita harus menggunakan beberapa pendekatan yang tepat. Dua macam pendekatan yang digunakan disini adalah
- Genetivus subyektivus yaitu yang menempatkan Islam sebagai subyek ( subyek disini dijadikan titik tolak berpikir). Dari titik tolak ini Filsafat Pengetahuan akan dijadikan sebagai bahan kajian.
- Pendekatan yang kedua, secara genetivus obyektivus, yaitu menempatkan Filsafat Pengetahuan sebagai subyek ( sebagai titik tolak berpikir ) yang membicarakan Islam sebagai obyek kajian.
Rumusan sederhana diatas membawa konsekuensi bahwa Filsafat Pengetahuan Islam membahas masalah-masalah yang juga dibahas epistemologi pada umumnya. Kenyataan ini disatu pihak dapat diterima, dalam arti global, Filsafat Pengetahuan Islam membahas masalah-masalah epistemologi pada umumnya. Tetapi dilain pihak, dalam arti khusus, Filsafat Pengetahuan Islam menyangkut pembicaraan mengenai wahyu dan ilham sebagai sumber pengetahuan dalam Islam. Sumber yang dimaksudkan perlu dijelaskan sebagai berikut : wahyu merupakan sumber pertama (primer) bagi Nabi / rasul untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan bagi manusia wahyu merupakan sumber sekunder. Ilham dapat menjadi sumber primer pengetahuan manusia karena dapat diterima oleh setiap manusia yang diberi anugerah Allah.
2. Kedudukan Filsafat Islam
Dalam tulisan yang berjudul ” Epistemologi di dalam Islam” yang dimuat dalam surat kabar Salemba terbitan juli 1979 S.I poeradisastra menulis antara lain Epistemologi dalam Islam berjalan dari tingkat-tingkat :
- Perenungan tentang sunnatullah sebagaimana yang dianjurkan dalam al Qur’an
- Penginderaan
- Pencerapan
- Penyajian
- Konsep
- Timbangan
- Penalaran
Setelah mengetengahkan unsur-unsur filsafat pengetahuan Islam, maka dapat dilihat beberapa perbedaannya dengan epistemologi pada umumnya. Pada garis besarnya, perbedaan itu terletak pada masalah yang bersangkutan dengan sumber pengetahuan dalam Islam yakni wahyu dan ilham; sedangkan masalah kebenaran epistemologi pada umumnya menganggap kebenaran hanya berpusat pada manusia sebagai mahluk mandiri yang menentukan kebenaran. Menurut pendapat penulis Epistemologi Islam juga membicarakan mengenai pandangan pemikir Islam tentang pengetahuan dimana manusia tidak lain hanyalah khalifah Allah, sebagai mahluk pencari kebenaran. Sebagai mahluk pencari kebenaran, manusia tergantung kepada Allah sebagai pemberi kebenaran.
3. Pengetahuan dalam Al Qur’an
Dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali ayat tentang berbagai macam sumber pengetahuan; manusia dan alam sendiri merupakan sumber pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Di samping itu Tuhan sendiri merupakan sumber pengetahuan melalui wahyu dan ilhamNya.
Pengetahuan didalam Al Qur’an yang dimaksud disini adalah pengetahuan yang terdapat di dalam kitab suci Al Qur’an. Kitab suci Al Qur’an mengandung mutiara-mutiara pengetahuan yang tidak terhingga jumlahnya.
Dalam hubungannya dengan pengetahuan yang terdapat dalam Islam, para pemikir Islam memberi empat klasifikasi pengetahuan yang terdapat dalam Islam sebagai berikut :
- Pengetahuan bahasa Arab
- Pengetahuan syari’at
- Pengetahuan sejarah
- Pengetahuan hikmah ( filsafat )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar