Selasa, 15 Desember 2015

PERKEMBANGAN BICARA EMOTIONAL DEVELOPMENT

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Seorang anak yang baru lahir memiliki potensi bahasa. Hal ini ditunjukan tatkala bayi lahir mempunyai ciri khas volume bunyi tangis yang berbeda-beda. Begitu juga dalam tahap perkembangannya, ia juga berpotensi mampu menggunakan bahasa untuk kepentingan berkomunikasi dengan lingkungannya.
Pengembangan bicara anak sangat menarik untuk diperhatikan oleh orang tua. Dengan memperhatikan bicara anak, kita dapat mengetahui berbagai perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya. Mulai dari perkembangan ucapan-ucapanya sampai mereka bisa bicara dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkannya.
Perkembangan bicara anak dapat diamati secara baik oleh orang tua yang mengasuhnya. Selain itu, perkembangan bicara anak setelah bicara anak setelah ia bergaul di lingkungan bermainnya juga dapat diamati. Lebih-lebih bila ia sudah mulai masuk pendidikan di TK perlu mendapat perhatian oleh para ahli psikolinguistik.
Sebagai seorang guru TK perlu mengetahui bagaimana perkembangan bicara anak usia dini itu. Pengetahuan tentang perkembangan bicara anak usia dini itu, pengetahuan tentang perkembanagan bicara anak ini akan membantu mereka untuk memperlancar tugasnya berkaitan dengan pengembangan berbahasa anak di TK.
Kegiatan memperhatikan bicara anak, kita dapat mengetahui kemampuan bicara anak dan dapat melakukan pembimbingan secara lebih intensif guna masa depan anak itu sendiri. Bila anak sejak bayi diperhatikan bicaranya, kita dapat mendeteksi apakah anak itu kemampuan bicaranya normal atau mendapat gangguan. Bila anak memperoleh gangguan bicara, kita sebagai orang tua perlu mengetahui tanda-tandanya.
Untuk mengetahui aspek-aspek tersebut, maka kami akan membahaas hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan bicara anak.


















B.           Rumusan Masalah
1.    Apa saja pengertian dan tahapan perkembangan bicara anak?
2.    Apa saja fungsi bicara?
3.    Apa saja perkembangan bicara dan bahasa anak?
4.    Bagaimana tahapan perkembangan bicara anak prasekolah?
5.    Bagaimana tahapan perkembangan bicara kombinatori?
6.    Bagaimana tahapan perkembangan bicara masa sekolah?
7.    Apa saja kiat-kiat merangsang anak berbicara?
8.    Apa saja permasalahan bicara anak?
9.    Apa saja berbagai gangguan bicara anak?

C.   Tujuan Masalah
1.    Memahami pengertian dan tahapan perkembangan bicara
2.    Memahami fungsi bicara
3.    Memahami perkembangan bicara dan bahasa anak
4.    Memahami perkembangan bicara anak prasekolah
5.    Memahami perkembangan bicara kombinatori
6.    Memahami perkembangan bicara masa sekolah
7.    Memahami kiat-kiat merangsang anak berbicara
8.    Memahami permasalahan bicara anak
9.    Memahami berbagai gangguan bicara anak

















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Dan Tahapan Perkembangan Bicara Anak
      Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepa orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7) pengertian bicara secara khusus banayak di kemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15) mengemukakan bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan,dan perasaan.
      Perkembangan bahasa anak adalah pemahaman dan komunikasi melalui kata, ujaran, dan tulisan (Hadis,2003:5). Pemahaman kata-kata yang dikomunikasikan melalui ujaran aktivitasnya berwujud mendengarkan dan berbicara: sedangkan mengkomunikasikan kata-kata melalui tulisan aktivitasnya berbentuk membaca dan menulis.
      Pada awalnya menirukan bunyi-bunyi ujar yang sering mereka dengar. Kata-kata yang diucapkan anak mempunyai kecenderungan sama dengan kata-kata yang sering didengarkannya. Setelah umurnya bertambah, ia mengucapkan bunyi-bunyi ujar sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya, artinya, kata-kata yang diucapkan anak dari segi urutan kata dan jumlah katanya berbeda dengan apa ynag di dengarnya.
      Menurut Newman dalam Jon Eisenson & Mardel Ogilvie (1971:3) Speech, an individual physical activity, consitituest the menner of communication, as distinguished from the means language. ( bicara suatu aktivitas fisik individual yang tersusun ragam komunikasi sebagaimana dikenal dari arti bahasa).
      Jadi bicara atau wicara adalah suatu prilaku manusia yang bersifat individual, dilandaskan pada pikiran dan perasaan, yang kemudian di ekspresikan melalui system bunyi bahsa dengan alat-alat artikulasi. 
      Perkembangan bahasa (termasuk bicara) anak menurut Steinberg (1985) di bagi menjadi 3 tahap, yaitu perkembangan prasekolah, perkembangan kombinatori dan perkembangan masa sekolah. Ketiga tahap perkembangan bahasa anak tersebut secara rinci dapat di uraikan seperti di bawah ini.

B.   Fungsi Bicara
1.    Bicara sebagai alat kebutuhan
Bicara berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan perasaan hati, kehendak, dan keinginan, pendapat, ide kepada orang lain.
2.    Bicara sebagai kebutuhan hidup sehari-hari
Setiap hari manusia banyak sekali mengucapkan kata-kata yang terangkai dalam kalimat yang panjang dan mempunyai maksud tertentu itu sebenarnya hanya merupakan deratan bunyi bahasa (fonem) yang bermacam-macam.
3.    Bicara itu milik manusia berfungsi sebagai alat berbahasa
Bunyi atau suara yang keluar dari mulut manusia sebagai alat berbahasa disebut bunyi bahasa.




C.   Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak
Menurut E. Hurlock, et al dalam sardjono (1990:6) perkembangan bicara anak dapat dibagi melalui 5 tingkat atau 5 fase yaitu:
1.    Reflexive vocalization (Pre Lingual  = Crying Stage = masa menangis)
Anak yang baru dilahirkan, sama sekali sering  dan belum mempunyai pengalaman hidup. Jasmaninya belum dapat menyesuaikan diri dengan temperature dunia yang baru. Dia hanya mereaksi dengan tangisannya, ini merupakan reaksi yang khas dari pada bayi. Dia belum menginsafi kalu dia mempunyai kaki, tangan, mulut da sebagainya dan tidak tahu apa fungsi alat-alat tersebut. Bunyi tangis yang dikeluarkan merupakan babak permulaan dari dasar-dasar bahasa dan berlangsung secara reflek kurang lebih 2-3 minggu. Bunyi tangis tersebut sama sekali tidak bertujan. Lama kelamaan anak cukup masak matang fisik dan mentalnya serta mulai dapat membedakan beberapa macam rangsangan yang mengenai dirinya dan reksi terhadap rangsang mulai berbeda. Juga terjadi differensi pada suara tangisnya, yaitu tangis akibat lapar, haus/dahaga, perkembangan syaraf dan organ bicaranya. Dalam hal ini ibunya mulai mengerti dari arti tangisnya.
2.    Meraban (Babbling-Random Vocalization/Aticulation)
Kurang lebih 6-7 mingggu, anak mulai menunjukan kesadaran terhadap suaranya dengan beberapa reaksi. Dan ia mulai menikmati suaranya yang dikerjakan berulang-ulang, ia menikmati diri, hal ini disebut = vocal play (meraban).
Suara meraban belum teratur, tetapi setingkat lebih maju dapi pada menangis. Pada tingkat ini anak lebih dahulu mengucakan huruf-huruf hidup (vowels-a, i, u, e, o), kemudaian mengucapkan huruf-huruf mati (konsonan). Setelah macam huruf hidup  diucapkan berkali-kali dan bertingkat intensitasnya. Sesudah huruf hidup, diikuti huruf-huruf bibir -P-B-M- Huruf tengkorang-G- huruf-huruf gigi-D-T-N dan akhirnya huruf nasal (sangau) (N-M)
3.    Lalling (The Ear Voice Reflex)
Pada fase “lalling”, pendengaran memegang peranan yang sanagt penting dimulai pada bulan ke-6. Dalam hal ini juga disebut “fase ulangan” dari kombinasi suara yang didengarnya.
Ciri-ciri utama fase lalling
a.       Pendengaran dan suara yang dibuat akan sesuai
b.      Dia akan menirukan bunyi-bunyi yang dibuatnya sendiri
c.       Pendengaran, raban dan keseimbangan tubuh sejajar dengan perasaannya
d.      Mulai dapat meniruka suara orang lain
e.       Kadang-kadang ia menangis dan sifatnya berlainan dengan tangis-tangis pada masa sebelumnya.
f.       Sekarang tangisnya sudah bertujuan, mungkin untuk menarik perhatian ibunya.
4.    Echolalia (masa meniru)
Pada fase ini terjadi kuarang lebih 9-10 bulan. Ia mulai dapat menentukan bunyi orang lain, sejajar dengan lingkungannya. Bunyi yang telah dikenal, dan sebagian  telah terlatih pada masa lalling akan ditirukan lebih dahulu.




Anak sekarang benar-benar telah masakatau matang untuk menirukan segala bunyi yang ada. Tetapi bunyi-bunyi tersebut belum berarti baginya, tetapi anak sudah mempunyai kesadaran yang nyata akan nilai-nilai dari bunyi yang diucapkan orang lain, misalnya: lagu kemarahan, kejengkelan, dan sebagainya sudah dibedakan oleh anak. Ia akan menangis bila dimarahi. Itu tidak berarti dia mengerti melainkan ia merasa.  
5.    True Speech (tingkatan bicara yang sesungguhnya)
Pada umur 12-18 bulan, anak yang normal sudah mulai dapat berbicara. Malahan ada sebagian anak yang mulai bicara awal dan ada lagi yang agak terlambat.
            Yang dimaksud dapat berbicara adalah:
Ialah bila anak dengan hati-hatai dan sungguh-sungguh mengucapkan bunyi atau suara atau kata, yang sesuai dengan aturan-aturan dan sesuai dengan perbuatannya, yang pernah diamati dari orang lain, dan sesungguhnya cocok dengan norma bahasa
            Dan yang dimaksud pengertian bahasa:
Yaitu bila anak dapat menjawab lingkungannya secara fikir dan perbuatannya. Selanjutnya anak mengerti bahasanya sendiri. Jadi ia berbicara penuh dengan kesadaran, walaupun ucapannya belum sempurna.

D.   Perkembangan Bicara Anak Prasekolah
      Perkembangan bicara anak prasekolah disebut juga perkembangan bahasa anak sebelum memasuki sekolah. Berbagai teori dikemukakan bahwa pada awalnya, ujaran anak berbentuk bunyi yaitu bunyi tangis anak. Mengenai bunyi tangis di sini tidak diuraikan karena snagat sulit untuk dilambangkan dan di maknai. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak awalnya dapat diamati nila ia berujar dengan kata-kata ynag mempunyai makna.
      Pateda (1990:65-70) menjelaskan tahapan perkembangan awal ujaran anak, yaitu tahap penamaan, thap telegrafis dan tahap transformasional. Ketiga tahap ujaran anak tersebut sebelum anak sekolah dan dapat di uraikan berikut ini :
1.    Tahap Penamaan
Pada tahap penamaan, anak baru mulai mampu mengujarkan urutan bunyi kata tertentu dan ia belum mampu untuk memaikannya. Misalnay “mama”, “makan”, “minum”. Anak tersebut mampu mengucapkan tetapi tidak mampu mengenal kata itu. Selain anak menirukan bunyi ujar tertentu yang berasal dari peniruan bunyi ujar tertentu yang berasal dari peniruan bunyi di sekelilingnya, secara perlahan-lahan dalam pertumbuhannya anak akan mengasosiasikan bunyi-bunyi tersebut dengan benda, peristiwa, situasi, kegiatan dan sebagianya yang pernah dikenal melaui lingkungannya.
2.    Tahap Telegrafis
Pada tahap telegrafis ini anak sudah mulai bisa menyampaikan pesan yang diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata. Yang termasuk pada tahapan ini yaitu anak yang berumur sekitar dau tahun (Seinbergh, 1982).




Ujaran yang terdiri atas tiga kata mempunyai struktur telegram, kaena kalimatnya sangat singkat dan padat. Oleh karena itu, ujaran anak sejenis ini disebut juga telegrafis.
3.    Tahap Transformasional
Pengetahuan dan penguasaan kata-kata tertentu yang dimiliki anak dapat bermanfaat untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang lebih rumit. Anak yang berumur lima tahun sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh, menyanggah, dan menginformasikan sesuatu. Hal ini menunjukan bahwa pada tahap ini anak sudah mampu mentransformasikan apa yang ada dalam pikirannya dalam berbagai jenis kalimat.

E.    Perkembangan Bicara Kombinatori
Pada perkembangan kombinatori ini anak  sudah mulai mampu berbicara secara teratur dan terstuktur, bicara anak dapat dipahami oleh orang lain dan anak dapat merespon baik positif maupun negative atas pembicaraan lawan bicaranya. Bahasa yang digunakannya menunjukan aturan atau tata bahasa sendiri pada perkembangan ini usia anak belum memasuki sekolah yaitu berumur 3-5 tahun. Anak sudah mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Anak usia ini sudah mempunyai keinginan untuk bersekolah.

F.    Perkembangan Bicara Masa Sekolah
Perkembangan masa sekolah yaitu perkembangan bicra anaksejak memasuki pendidikan di sekolah dasar. Mereka berumur sekitar tujuh tahun. Perkembangan biara anak ini sudah dapat dibedakan menjadi tiga bidang, yaitu struktur bahasa, pemakaian bahasa, dan kesadaran meta linguistic. Perkembangan bahasa yang paling tampak pada anak usia sekolah ialah perkembangan adalah:
1.    Perkembangan Pragmatik
Perkembangan pragmatic adalah perkembangan anak usia sekolah dalam menggunakan bahasa lisan (bicara) sesuai dengan konteks secara komunikatif. Artinya, apa yang dibicarakannya dapat dipahami oleh yang diajak bicara.
2.    Perkembangan Semantik dan Kosa Kata
Semantic dan makna kata mempunyai peranan penting dalam berbicara. Setiap individu akan berusahauntuk meningkatkan jumlah kosa kata dan berusaha memahami maknanya. Untuk meningkatkan kemampuan anak mendefinisikan kata-kata maka diperlukan pengalaman social dan juga dapat dilakukan dengan melihat konteks pemakaiannya dalam kalimat.
3.    Perkembangan Morfologi dan Sintaksis
Perkembangan bicara anak usia sekolah. Dalam bicara kaitannya dengan pemahaman susunan dan bentuk bahasa sangatlah penting. Anak akan menambah wawasan bentuk kata dan kalimat untuk keperluan penggunaan bahasa. Wawasan bentuk kata atau morfologi dapat membantu dalam ketepatan anak dalam mengucapkan kata-kata komplek. Wawasan susunan kalimat atau sintaksis untuk keperluan melancarkan bicara secara jelas dan komunikatif.






G.   Kiat-kiat Merangsang Anak Berbicara
1.    Biasakan untuk Berbicara dengan Anak
Jika anak ingin cepat berbicara, kiata sebagai orangtua membiasakan diri untuk berbicara walaupun anak itu masih bayi dan belum bisa bicara.
2.    Pandangan Mata pada Anda
Melakukan kontak langsung dengan cara memandang mata anak saat berbicara.
3.    Hindari Kebiasaan Bicara pada Anak dengan Pengejaan yang Dibuat-buat
Pengucapan yang dibuat-buat dapat mengakibatkan anak tidak terbiasa mendengarkan ucapan yang benarnya. Hal yang demikian menjadikan perkembangan bahsa anak menjadi lambat.
4.    Berbicara Apa yang Benar-benar Dilakukan dan Dialami Anak
Jiak kita sebagai orangtua melakukan aktivitas dan diikuti oleh anak, deskripsikanlah apa yang kita lakukan dan dialami anak pada waktu kita sedang memberi makan, mandi atau mengggendonganak, deskripsikan apa yang dialami oleh anak itu.
5.    Katakan Lebih Banyak dari pada yang Diminta
Jika anak meminta sesuatu kepada orangtua, sebaiknaya orangtua menjawab secara lebih panjang dan jelas. Berilah bnayak informasi kepada anak. Dengan informasi itu kemungkinan anak tidak akan mengetahui secara detail, namun beberapa dari informasi  baru itu sudah masuk dalam memorinya. Selain itu, kosa kata anak akan semakin bertambah.
6.    Gunakan Tata Bahasa yang Benar dalam Berbicara
Anak anda akan meniru struktur bahasanya dengan pola-pola yang ia dengar selama kehidupan seharinya. Oleh karena itu, gunakan ucapan yang secara tata bahasa benar.
7.    Dengan Lembut Betulkan Kesalaha Anak
Setiap saat anak anda akan meniru bentuk tata bahasa yang benar dan membetulkan kesalahan. Kajian-kajian telah menemukan bahwa anak-anak yang orangtuanya mengulangi atau mengembangkan ucapan mereka cenderung bisa menguasai prinsip-prinsip tata bahasa dan sintaksis lebih awal dari pada yang dilakukan anak-anak lain.
8.    Lakukan Percakapan dengan Anak
Kadang-kadang dalam percakaapn adakalanya kita menggunkana bahasa isyarat  atau gerakan-garakan anggota badan. Saling bertukar senyum atau kata-kata dan canda merupakan langkah awal, namun hal itu penting bagi anak untuk mempelajari struktur dasar percakapan. 
9.    Jangan Paksa Anak Menghafalkan Kata
Menghafalkan kata merupakan bagian dari kegiatan anak sehari-hari. Anak biasanya senang menghafalkan kata-kata tertentu yang baru dikenalnya. Kesadaran untuk menghafal kata pada diri anak muncul bila ada ragsangan. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk menghafal kata.
10.  Hati-hati dengan Infeksi Telinga
Anak-anak yang memiliki penyakit kronis atau kambuhan sebelum berumur empat tahun akan mengalami kehilangan pendengaran secara temporal yang dapat mengganggu perkembangan kemampuan bicara dan kemampuan membaca.


Anak-anak ini mungkin tidak akan mampu membedakan antara suara tertentu, seperti “ch” dan “sh” tanpa melalui tarapi ucapan.

H.   Permasalahan Bicara Anak
Menurut Devidoff dalam Junati (1998:177) bahwa bayi-bayi itu disamping untuk dilihat juga untuk di ajak bicara dan didengarkan kebutuhannya. Apabila hal ini tidak dilakukan oleh orang tua, kelak di kemudian hari anak tersebut akan mendapat kesukaran dalam berkomunikasi dengan orang tuanya, bahkan juga dengan orang lain. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa dengan mengajak anak yang masih kecil bercakap-cakap atau berbicara banyak membantu anak untuk mengembangkan kemampuannya dalam berbicara dikemudian hari. Gaya bicara yang dipilih anak cenderung mengikuti gaya bicara orang tuanya. Pilihan kosa kata dalam bicara orang tua juga berpengaruh terhadap pilihan kata yang diucapkan anak.

I.      Berbagai Gangguan Bicara Anak
Ada dua aspek yang berhubungan dengan gangguan bicara pada anak yaitu:
1.    Gangguan Bicara Anak Usia Dini Secara Umum
Mc Lormic dan Schiefelushch (Darjowidjodjo, 1991:136) membagi gangguan bicara kedalam lima kategori penyebab yaitu:
a.    Gangguan bicara dan komunikasi yang berkaitan degan gangguan motoric
Anak yag mengalami gangguan bicara pada kategori ini dapat berupa kelainan artikulasi yang disebut disartri atau kelainan suara/fonasi (disfeni). Kelainan yang sering terjadi karena gangguan pergerakan dan koordinasi dari organ bicara yang disebabkan karena kelumpuhan system saraf.
b.    Gangguan bicara dan komunikasi yang berhubungan dengan difisit sensoris.
Derajat gangguan pendengaran dapat berupa tuli total atau kurang pendengaran, yang dapat terjadi sejak lahir arau karena penyakit.
c.    Gangguan bicara yang berhubungan dengan kerusakan pada system saraf pusat.
Gangguan bicara pada kategori ini tergantung pada tingkat kerusakan pada saraf pusat yang bisa bersifat ringan atau berat. Termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah afasia
d.    Gangguan bicara dan komunikasi yang berhubungan dengan disfungsi emosional-sosial yang berat.
Termasuk dalam kategori ini antara lain adalah anak penderita autisme. Pada anak autisme terdapat hambatan yang berat dalam kemapuan perkembangan verbal dan interaksi nonverbal. Terganggunya penggunaan bahasa verbal untuk komunikasi, interaksi komunikasi dan kekurangmampuan membaca bahasa tubuh , ekspresi muka, atau nada suara merupakan alasan bahwa pada anak autistic kedua belahan/himisfer otak terkena.
e.    Gangguan bicara dan komunikasi yang berhubungan dengan gangguan kognitif.
Pada anak yang tebelakang mental disfungsi otak bersifat disfusi, tidak minimal, sehingga kemampuannya berkurang dalam hamper semua fungsi yang mendasari belajar.


Anak-anak belajar dalam tempo yang lebih lamabat sehingga informasi yang ditangkap juga berkurang
2.    Gangguan bicara secara spesifik
Gangguan bicara secara spesifik yaitu gangguan bicara setelah mengalami suatu penyakit pada otak atau cedera otak. Gangguan bicara spesifik ini meliputi gangguan disfasia dan gangguan afasia.
a.    Disfasia adalah gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya yang merupakan gejala awal dari gangguan lain (Uttiek, Tabloit Nakita). Penyebab Disfasia adalah adanya gangguan di pusat bicara yang ada di otak.
b.    Afasia adalah kehilangan daya pengutaraan melalui bicara, menulis atau penggunaan tanda- tanda , dan kehilangan pengertian bahasa yang didengar atau dibaca.Afasia terbagi dua yaitu : Afasia motorik dan afasia sensorik. Afasia motorik adalah kesulitan berkata- kata tetapi dapat mengerti pembicaraan, sedangkan afasia sensorik dimana pasien sukar mengerti komprehensi pembicaraan orang , tetapi mudah mengucapkan kata, tanpa adanya gangguan pendengaran.
Afasia dapat terjadi apabila ada gangguan peredaran darah otak. Dimana pada umumnya telah ada penyakit lain yang mendahului gangguan peredaran darah otak tersebut, yang paling sering dijumpai adalah penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung, hipertensi), kemudian penyakit/gangguan otak lainnya.
Gejala dapat muncul untuk sementara, lalu menghilang atau lalu memberat atau menetap. Gejala ini muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut.











BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Bicara dapat diartikan suatau penyampaian maksud seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Perkembangan bicara adalah berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic. Perkembangan bicara anak dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu praasekolah, kombinatori, dan usia sekolah.

B.   Saran
1.    Membiasakan diri untuk berbicara dengan anak walaupun anak itu masih bayi dan belum bisa bicara, karena semakin banyak kata-kata yang didengar oleh seorang anak semakin cepat dia dapat mengembangan kosa kata yang beragam.
2.    Jangan mengucapkan kata-kata yang dibuat-buat kepada anak karena akan menghambat perkembangan bahasa anak.
3.    Ajarkan anak untuk menggunakan tata bahasa yang baik.




DAFTAR PUSTAKA
Drs.Sardjono. (2005). TERAPI WICARA. JAKARTA: DEPARTEMAN PENDIDIKAN NASIONAL.
Drs.Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional .
http://masjoejoe.blogspot.com/2011/02/disfasia-pada-anak-usia-4-tahun-10.html

http://hawayoe.blogspot.com/2011/06/afasia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar