BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seorang
anak yang baru lahir memiliki potensi bahasa. Hal ini ditunjukan tatkala bayi
lahir mempunyai ciri khas volume bunyi tangis yang berbeda-beda. Begitu juga
dalam tahap perkembangannya, ia juga berpotensi mampu menggunakan bahasa untuk
kepentingan berkomunikasi dengan lingkungannya.
Pengembangan
bicara anak sangat menarik untuk diperhatikan oleh orang tua. Dengan
memperhatikan bicara anak, kita dapat mengetahui berbagai perkembangan bahasa
dan perilaku yang dilakukannya. Mulai dari perkembangan ucapan-ucapanya sampai
mereka bisa bicara dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkannya.
Perkembangan
bicara anak dapat diamati secara baik oleh orang tua yang mengasuhnya. Selain
itu, perkembangan bicara anak setelah bicara anak setelah ia bergaul di lingkungan
bermainnya juga dapat diamati. Lebih-lebih bila ia sudah mulai masuk pendidikan
di TK perlu mendapat perhatian oleh para ahli psikolinguistik.
Sebagai
seorang guru TK perlu mengetahui bagaimana perkembangan bicara anak usia dini
itu. Pengetahuan tentang perkembangan bicara anak usia dini itu, pengetahuan
tentang perkembanagan bicara anak ini akan membantu mereka untuk memperlancar
tugasnya berkaitan dengan pengembangan berbahasa anak di TK.
Kegiatan
memperhatikan bicara anak, kita dapat mengetahui kemampuan bicara anak dan
dapat melakukan pembimbingan secara lebih intensif guna masa depan anak itu
sendiri. Bila anak sejak bayi diperhatikan bicaranya, kita dapat mendeteksi
apakah anak itu kemampuan bicaranya normal atau mendapat gangguan. Bila anak
memperoleh gangguan bicara, kita sebagai orang tua perlu mengetahui
tanda-tandanya.
Untuk
mengetahui aspek-aspek tersebut, maka kami akan membahaas hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan bicara anak.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja pengertian dan tahapan perkembangan bicara anak?
2.
Apa saja fungsi bicara?
3.
Apa saja perkembangan bicara dan bahasa anak?
4.
Bagaimana tahapan perkembangan bicara anak prasekolah?
5.
Bagaimana tahapan perkembangan bicara kombinatori?
6.
Bagaimana tahapan perkembangan bicara masa sekolah?
7.
Apa saja kiat-kiat merangsang anak berbicara?
8.
Apa saja permasalahan bicara anak?
9.
Apa saja berbagai gangguan bicara anak?
C.
Tujuan Masalah
1.
Memahami
pengertian dan tahapan perkembangan bicara
2.
Memahami fungsi bicara
3.
Memahami perkembangan bicara dan bahasa anak
4.
Memahami perkembangan bicara anak prasekolah
5.
Memahami perkembangan bicara kombinatori
6.
Memahami perkembangan bicara masa sekolah
7.
Memahami kiat-kiat merangsang anak berbicara
8.
Memahami permasalahan bicara anak
9.
Memahami berbagai gangguan bicara anak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dan Tahapan
Perkembangan Bicara Anak
Berbicara
secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan,
atau isi hati) seseorang kepa orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud,
1984/1985:7) pengertian bicara secara khusus banayak di kemukakan oleh para
pakar. Tarigan (1983:15) mengemukakan bicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan,dan perasaan.
Perkembangan
bahasa anak adalah pemahaman dan komunikasi melalui kata, ujaran, dan tulisan
(Hadis,2003:5). Pemahaman kata-kata yang dikomunikasikan melalui ujaran
aktivitasnya berwujud mendengarkan dan berbicara: sedangkan mengkomunikasikan
kata-kata melalui tulisan aktivitasnya berbentuk membaca dan menulis.
Pada
awalnya menirukan bunyi-bunyi ujar yang sering mereka dengar. Kata-kata yang
diucapkan anak mempunyai kecenderungan sama dengan kata-kata yang sering
didengarkannya. Setelah umurnya bertambah, ia mengucapkan bunyi-bunyi ujar
sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya, artinya, kata-kata yang diucapkan
anak dari segi urutan kata dan jumlah katanya berbeda dengan apa ynag di
dengarnya.
Menurut
Newman dalam Jon Eisenson & Mardel Ogilvie (1971:3) Speech, an individual
physical activity, consitituest the menner of communication, as distinguished
from the means language. ( bicara suatu aktivitas fisik individual yang
tersusun ragam komunikasi sebagaimana dikenal dari arti bahasa).
Jadi
bicara atau wicara adalah suatu prilaku manusia yang bersifat individual,
dilandaskan pada pikiran dan perasaan, yang kemudian di ekspresikan melalui
system bunyi bahsa dengan alat-alat artikulasi.
Perkembangan
bahasa (termasuk bicara) anak menurut Steinberg (1985) di bagi menjadi 3 tahap,
yaitu perkembangan prasekolah, perkembangan kombinatori dan perkembangan masa
sekolah. Ketiga tahap perkembangan bahasa anak tersebut secara rinci dapat di
uraikan seperti di bawah ini.
B.
Fungsi Bicara
1. Bicara sebagai alat
kebutuhan
Bicara berfungsi sebagai alat untuk
menyampaikan perasaan hati, kehendak, dan keinginan, pendapat, ide kepada orang
lain.
2. Bicara sebagai kebutuhan
hidup sehari-hari
Setiap hari manusia banyak sekali
mengucapkan kata-kata yang terangkai dalam kalimat yang panjang dan mempunyai
maksud tertentu itu sebenarnya hanya merupakan deratan bunyi bahasa (fonem)
yang bermacam-macam.
3. Bicara itu milik manusia
berfungsi sebagai alat berbahasa
Bunyi atau suara yang keluar dari
mulut manusia sebagai alat berbahasa disebut bunyi bahasa.
C.
Perkembangan Bicara dan
Bahasa Anak
Menurut E. Hurlock, et al dalam
sardjono (1990:6) perkembangan bicara anak dapat dibagi melalui 5 tingkat atau
5 fase yaitu:
1. Reflexive vocalization (Pre
Lingual = Crying Stage = masa menangis)
Anak yang baru dilahirkan, sama sekali
sering dan belum mempunyai pengalaman
hidup. Jasmaninya belum dapat menyesuaikan diri dengan temperature dunia yang
baru. Dia hanya mereaksi dengan tangisannya, ini merupakan reaksi yang khas
dari pada bayi. Dia belum menginsafi kalu dia mempunyai kaki, tangan, mulut da
sebagainya dan tidak tahu apa fungsi alat-alat tersebut. Bunyi tangis yang
dikeluarkan merupakan babak permulaan dari dasar-dasar bahasa dan berlangsung
secara reflek kurang lebih 2-3 minggu. Bunyi tangis tersebut sama sekali tidak
bertujan. Lama kelamaan anak cukup masak matang fisik dan mentalnya serta mulai
dapat membedakan beberapa macam rangsangan yang mengenai dirinya dan reksi
terhadap rangsang mulai berbeda. Juga terjadi differensi pada suara tangisnya,
yaitu tangis akibat lapar, haus/dahaga, perkembangan syaraf dan organ
bicaranya. Dalam hal ini ibunya mulai mengerti dari arti tangisnya.
2. Meraban (Babbling-Random
Vocalization/Aticulation)
Kurang lebih 6-7 mingggu, anak mulai
menunjukan kesadaran terhadap suaranya dengan beberapa reaksi. Dan ia mulai
menikmati suaranya yang dikerjakan berulang-ulang, ia menikmati diri, hal ini
disebut = vocal play (meraban).
Suara meraban belum teratur, tetapi
setingkat lebih maju dapi pada menangis. Pada tingkat ini anak lebih dahulu
mengucakan huruf-huruf hidup (vowels-a, i, u, e, o), kemudaian mengucapkan
huruf-huruf mati (konsonan). Setelah macam huruf hidup diucapkan berkali-kali dan bertingkat
intensitasnya. Sesudah huruf hidup, diikuti huruf-huruf bibir -P-B-M- Huruf
tengkorang-G- huruf-huruf gigi-D-T-N dan akhirnya huruf nasal (sangau) (N-M)
3. Lalling (The Ear Voice
Reflex)
Pada fase “lalling”, pendengaran
memegang peranan yang sanagt penting dimulai pada bulan ke-6. Dalam hal ini
juga disebut “fase ulangan” dari kombinasi suara yang didengarnya.
Ciri-ciri utama fase lalling
a.
Pendengaran
dan suara yang dibuat akan sesuai
b.
Dia
akan menirukan bunyi-bunyi yang dibuatnya sendiri
c.
Pendengaran,
raban dan keseimbangan tubuh sejajar dengan perasaannya
d.
Mulai
dapat meniruka suara orang lain
e.
Kadang-kadang
ia menangis dan sifatnya berlainan dengan tangis-tangis pada masa sebelumnya.
f.
Sekarang
tangisnya sudah bertujuan, mungkin untuk menarik perhatian ibunya.
4. Echolalia (masa meniru)
Pada fase ini terjadi kuarang lebih
9-10 bulan. Ia mulai dapat menentukan bunyi orang lain, sejajar dengan
lingkungannya. Bunyi yang telah dikenal, dan sebagian telah terlatih pada masa lalling akan ditirukan
lebih dahulu.
Anak sekarang benar-benar telah
masakatau matang untuk menirukan segala bunyi yang ada. Tetapi bunyi-bunyi
tersebut belum berarti baginya, tetapi anak sudah mempunyai kesadaran yang
nyata akan nilai-nilai dari bunyi yang diucapkan orang lain, misalnya: lagu
kemarahan, kejengkelan, dan sebagainya sudah dibedakan oleh anak. Ia akan
menangis bila dimarahi. Itu tidak berarti dia mengerti melainkan ia
merasa.
5. True Speech (tingkatan
bicara yang sesungguhnya)
Pada umur 12-18 bulan, anak yang
normal sudah mulai dapat berbicara. Malahan ada sebagian anak yang mulai bicara
awal dan ada lagi yang agak terlambat.
Yang
dimaksud dapat berbicara adalah:
Ialah bila anak dengan hati-hatai dan
sungguh-sungguh mengucapkan bunyi atau suara atau kata, yang sesuai dengan
aturan-aturan dan sesuai dengan perbuatannya, yang pernah diamati dari orang
lain, dan sesungguhnya cocok dengan norma bahasa
Dan
yang dimaksud pengertian bahasa:
Yaitu bila anak dapat menjawab
lingkungannya secara fikir dan perbuatannya. Selanjutnya anak mengerti
bahasanya sendiri. Jadi ia berbicara penuh dengan kesadaran, walaupun ucapannya
belum sempurna.
D.
Perkembangan Bicara Anak
Prasekolah
Perkembangan
bicara anak prasekolah disebut juga perkembangan bahasa anak sebelum memasuki
sekolah. Berbagai teori dikemukakan bahwa pada awalnya, ujaran anak berbentuk
bunyi yaitu bunyi tangis anak. Mengenai bunyi tangis di sini tidak diuraikan
karena snagat sulit untuk dilambangkan dan di maknai. Oleh karena itu,
perkembangan bahasa anak awalnya dapat diamati nila ia berujar dengan kata-kata
ynag mempunyai makna.
Pateda
(1990:65-70) menjelaskan tahapan perkembangan awal ujaran anak, yaitu tahap
penamaan, thap telegrafis dan tahap transformasional. Ketiga tahap ujaran anak
tersebut sebelum anak sekolah dan dapat di uraikan berikut ini :
1. Tahap Penamaan
Pada tahap penamaan, anak baru mulai
mampu mengujarkan urutan bunyi kata tertentu dan ia belum mampu untuk
memaikannya. Misalnay “mama”, “makan”, “minum”. Anak tersebut mampu mengucapkan
tetapi tidak mampu mengenal kata itu. Selain anak menirukan bunyi ujar tertentu
yang berasal dari peniruan bunyi ujar tertentu yang berasal dari peniruan bunyi
di sekelilingnya, secara perlahan-lahan dalam pertumbuhannya anak akan
mengasosiasikan bunyi-bunyi tersebut dengan benda, peristiwa, situasi, kegiatan
dan sebagianya yang pernah dikenal melaui lingkungannya.
2. Tahap Telegrafis
Pada tahap telegrafis ini anak sudah
mulai bisa menyampaikan pesan yang diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang
berwujud dua atau tiga kata. Yang termasuk pada tahapan ini yaitu anak yang
berumur sekitar dau tahun (Seinbergh, 1982).
Ujaran yang terdiri atas tiga kata
mempunyai struktur telegram, kaena kalimatnya sangat singkat dan padat. Oleh
karena itu, ujaran anak sejenis ini disebut juga telegrafis.
3. Tahap Transformasional
Pengetahuan dan penguasaan kata-kata
tertentu yang dimiliki anak dapat bermanfaat untuk mengucapkan kalimat-kalimat
yang lebih rumit. Anak yang berumur lima tahun sudah mulai memberanikan diri
untuk bertanya, menyuruh, menyanggah, dan menginformasikan sesuatu. Hal ini
menunjukan bahwa pada tahap ini anak sudah mampu mentransformasikan apa yang
ada dalam pikirannya dalam berbagai jenis kalimat.
E.
Perkembangan Bicara
Kombinatori
Pada perkembangan kombinatori ini
anak sudah mulai mampu berbicara secara
teratur dan terstuktur, bicara anak dapat dipahami oleh orang lain dan anak
dapat merespon baik positif maupun negative atas pembicaraan lawan bicaranya.
Bahasa yang digunakannya menunjukan aturan atau tata bahasa sendiri pada
perkembangan ini usia anak belum memasuki sekolah yaitu berumur 3-5 tahun. Anak
sudah mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Anak usia ini sudah
mempunyai keinginan untuk bersekolah.
F.
Perkembangan Bicara Masa
Sekolah
Perkembangan masa sekolah yaitu
perkembangan bicra anaksejak memasuki pendidikan di sekolah dasar. Mereka
berumur sekitar tujuh tahun. Perkembangan biara anak ini sudah dapat dibedakan
menjadi tiga bidang, yaitu struktur bahasa, pemakaian bahasa, dan kesadaran
meta linguistic. Perkembangan bahasa yang paling tampak pada anak usia sekolah
ialah perkembangan adalah:
1. Perkembangan Pragmatik
Perkembangan pragmatic adalah
perkembangan anak usia sekolah dalam menggunakan bahasa lisan (bicara) sesuai
dengan konteks secara komunikatif. Artinya, apa yang dibicarakannya dapat dipahami
oleh yang diajak bicara.
2. Perkembangan Semantik dan
Kosa Kata
Semantic dan makna kata mempunyai
peranan penting dalam berbicara. Setiap individu akan berusahauntuk
meningkatkan jumlah kosa kata dan berusaha memahami maknanya. Untuk
meningkatkan kemampuan anak mendefinisikan kata-kata maka diperlukan pengalaman
social dan juga dapat dilakukan dengan melihat konteks pemakaiannya dalam
kalimat.
3. Perkembangan Morfologi dan
Sintaksis
Perkembangan bicara anak usia sekolah.
Dalam bicara kaitannya dengan pemahaman susunan dan bentuk bahasa sangatlah
penting. Anak akan menambah wawasan bentuk kata dan kalimat untuk keperluan
penggunaan bahasa. Wawasan bentuk kata atau morfologi dapat membantu dalam
ketepatan anak dalam mengucapkan kata-kata komplek. Wawasan susunan kalimat
atau sintaksis untuk keperluan melancarkan bicara secara jelas dan komunikatif.
G.
Kiat-kiat Merangsang Anak
Berbicara
1. Biasakan untuk Berbicara
dengan Anak
Jika anak ingin cepat berbicara, kiata
sebagai orangtua membiasakan diri untuk berbicara walaupun anak itu masih bayi
dan belum bisa bicara.
2. Pandangan Mata pada Anda
Melakukan kontak langsung dengan cara
memandang mata anak saat berbicara.
3. Hindari Kebiasaan Bicara
pada Anak dengan Pengejaan yang Dibuat-buat
Pengucapan yang dibuat-buat dapat mengakibatkan
anak tidak terbiasa mendengarkan ucapan yang benarnya. Hal yang demikian
menjadikan perkembangan bahsa anak menjadi lambat.
4. Berbicara Apa yang
Benar-benar Dilakukan dan Dialami Anak
Jiak kita sebagai orangtua melakukan
aktivitas dan diikuti oleh anak, deskripsikanlah apa yang kita lakukan dan
dialami anak pada waktu kita sedang memberi makan, mandi atau mengggendonganak,
deskripsikan apa yang dialami oleh anak itu.
5. Katakan Lebih Banyak dari
pada yang Diminta
Jika anak meminta sesuatu kepada
orangtua, sebaiknaya orangtua menjawab secara lebih panjang dan jelas. Berilah
bnayak informasi kepada anak. Dengan informasi itu kemungkinan anak tidak akan
mengetahui secara detail, namun beberapa dari informasi baru itu sudah masuk dalam memorinya. Selain
itu, kosa kata anak akan semakin bertambah.
6. Gunakan Tata Bahasa yang
Benar dalam Berbicara
Anak anda akan meniru struktur
bahasanya dengan pola-pola yang ia dengar selama kehidupan seharinya. Oleh
karena itu, gunakan ucapan yang secara tata bahasa benar.
7. Dengan Lembut Betulkan
Kesalaha Anak
Setiap saat anak anda akan meniru bentuk
tata bahasa yang benar dan membetulkan kesalahan. Kajian-kajian telah menemukan
bahwa anak-anak yang orangtuanya mengulangi atau mengembangkan ucapan mereka
cenderung bisa menguasai prinsip-prinsip tata bahasa dan sintaksis lebih awal
dari pada yang dilakukan anak-anak lain.
8. Lakukan Percakapan dengan
Anak
Kadang-kadang dalam percakaapn
adakalanya kita menggunkana bahasa isyarat
atau gerakan-garakan anggota badan. Saling bertukar senyum atau
kata-kata dan canda merupakan langkah awal, namun hal itu penting bagi anak untuk
mempelajari struktur dasar percakapan.
9. Jangan Paksa Anak
Menghafalkan Kata
Menghafalkan kata merupakan bagian
dari kegiatan anak sehari-hari. Anak biasanya senang menghafalkan kata-kata
tertentu yang baru dikenalnya. Kesadaran untuk menghafal kata pada diri anak
muncul bila ada ragsangan. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk menghafal kata.
10. Hati-hati dengan Infeksi
Telinga
Anak-anak yang memiliki penyakit
kronis atau kambuhan sebelum berumur empat tahun akan mengalami kehilangan
pendengaran secara temporal yang dapat mengganggu perkembangan kemampuan bicara
dan kemampuan membaca.
Anak-anak ini mungkin tidak akan mampu
membedakan antara suara tertentu, seperti “ch” dan “sh” tanpa melalui tarapi
ucapan.
H.
Permasalahan Bicara Anak
Menurut Devidoff dalam Junati
(1998:177) bahwa bayi-bayi itu disamping untuk dilihat juga untuk di ajak
bicara dan didengarkan kebutuhannya. Apabila hal ini tidak dilakukan oleh orang
tua, kelak di kemudian hari anak tersebut akan mendapat kesukaran dalam
berkomunikasi dengan orang tuanya, bahkan juga dengan orang lain. Banyak
penelitian yang mengungkapkan bahwa dengan mengajak anak yang masih kecil
bercakap-cakap atau berbicara banyak membantu anak untuk mengembangkan
kemampuannya dalam berbicara dikemudian hari. Gaya bicara yang dipilih anak
cenderung mengikuti gaya bicara orang tuanya. Pilihan kosa kata dalam bicara
orang tua juga berpengaruh terhadap pilihan kata yang diucapkan anak.
I.
Berbagai Gangguan Bicara
Anak
Ada dua aspek yang berhubungan dengan
gangguan bicara pada anak yaitu:
1. Gangguan Bicara Anak Usia
Dini Secara Umum
Mc Lormic dan Schiefelushch
(Darjowidjodjo, 1991:136) membagi gangguan bicara kedalam lima kategori
penyebab yaitu:
a. Gangguan bicara dan
komunikasi yang berkaitan degan gangguan motoric
Anak yag mengalami gangguan bicara
pada kategori ini dapat berupa kelainan artikulasi yang disebut disartri atau
kelainan suara/fonasi (disfeni). Kelainan yang sering terjadi karena gangguan
pergerakan dan koordinasi dari organ bicara yang disebabkan karena kelumpuhan
system saraf.
b. Gangguan bicara dan
komunikasi yang berhubungan dengan difisit sensoris.
Derajat gangguan pendengaran dapat
berupa tuli total atau kurang pendengaran, yang dapat terjadi sejak lahir arau
karena penyakit.
c.
Gangguan
bicara yang berhubungan dengan kerusakan pada system saraf pusat.
Gangguan bicara pada kategori ini
tergantung pada tingkat kerusakan pada saraf pusat yang bisa bersifat ringan
atau berat. Termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah afasia
d.
Gangguan
bicara dan komunikasi yang berhubungan dengan disfungsi emosional-sosial yang
berat.
Termasuk dalam kategori ini antara
lain adalah anak penderita autisme. Pada anak autisme terdapat hambatan yang
berat dalam kemapuan perkembangan verbal dan interaksi nonverbal. Terganggunya
penggunaan bahasa verbal untuk komunikasi, interaksi komunikasi dan
kekurangmampuan membaca bahasa tubuh , ekspresi muka, atau nada suara merupakan
alasan bahwa pada anak autistic kedua belahan/himisfer otak terkena.
e. Gangguan bicara dan
komunikasi yang berhubungan dengan gangguan kognitif.
Pada anak yang tebelakang mental
disfungsi otak bersifat disfusi, tidak minimal, sehingga kemampuannya berkurang
dalam hamper semua fungsi yang mendasari belajar.
Anak-anak belajar dalam tempo yang
lebih lamabat sehingga informasi yang ditangkap juga berkurang
2. Gangguan bicara secara
spesifik
Gangguan bicara secara spesifik yaitu
gangguan bicara setelah mengalami suatu penyakit pada otak atau cedera otak.
Gangguan bicara spesifik ini meliputi gangguan disfasia dan gangguan afasia.
a.
Disfasia
adalah gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan
kemampuan anak seharusnya yang merupakan gejala awal dari gangguan lain
(Uttiek, Tabloit Nakita). Penyebab Disfasia adalah adanya gangguan di pusat
bicara yang ada di otak.
b.
Afasia adalah
kehilangan daya pengutaraan melalui bicara, menulis atau penggunaan tanda-
tanda , dan kehilangan pengertian bahasa yang didengar atau dibaca.Afasia
terbagi dua yaitu : Afasia motorik dan afasia
sensorik. Afasia motorik adalah kesulitan berkata- kata tetapi dapat
mengerti pembicaraan, sedangkan afasia sensorik dimana pasien sukar
mengerti komprehensi pembicaraan orang , tetapi mudah mengucapkan kata, tanpa
adanya gangguan pendengaran.
Afasia dapat terjadi
apabila ada gangguan peredaran darah otak. Dimana pada umumnya telah ada
penyakit lain yang mendahului gangguan peredaran darah otak tersebut, yang
paling sering dijumpai adalah penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung, hipertensi),
kemudian penyakit/gangguan otak lainnya.
Gejala dapat muncul untuk
sementara, lalu menghilang atau lalu memberat atau menetap. Gejala ini muncul
akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya
aliran darah ke tempat tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bicara dapat diartikan suatau
penyampaian maksud seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Perkembangan bicara
adalah berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic.
Perkembangan bicara anak dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu praasekolah,
kombinatori, dan usia sekolah.
B.
Saran
1. Membiasakan diri untuk
berbicara dengan anak walaupun anak itu masih bayi dan belum bisa bicara,
karena semakin banyak kata-kata yang didengar oleh seorang anak semakin cepat
dia dapat mengembangan kosa kata yang beragam.
2. Jangan mengucapkan
kata-kata yang dibuat-buat kepada anak karena akan menghambat perkembangan
bahasa anak.
3. Ajarkan anak untuk
menggunakan tata bahasa yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Sardjono. (2005). TERAPI
WICARA. JAKARTA: DEPARTEMAN PENDIDIKAN NASIONAL.
Drs.Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan
Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional .
http://masjoejoe.blogspot.com/2011/02/disfasia-pada-anak-usia-4-tahun-10.html
http://hawayoe.blogspot.com/2011/06/afasia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar