BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para
ahli telah meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandng ilmu. Mereka telah
menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar. Diantara prinsip-prinsip
belajar yang penting berkenaan dnegan (i)perhatian dan motivasi belajar siswa,
(ii) keaktifan belajar, (iii) keterlibatan dalam belajar, (iv) pengulangan
belajar, (v) tantangan semangat belajar, (vi) pemberian balikan dan penguatan
belajar, dan (vii) adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar,
perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatakan perilaku untuk
mencapai sasaran belajar. Perhatian berhubungan dengan motivasi sebagai tenaga
penggerak belajar. Motivasi belajar dapat bersifat internal atau eksternal,
maupun intrinsik atau ekstrinsik. Kondisi perhatian dan motivasi pebelajar
(intrinsic, ekstrinsik, internal, eksternal) tersebut mempengaruhi rekayasa
acara pembelajaran siswa. Dewasa ini para ahli memandang bahwa siswa adalah
seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai
satu-satunya pembelajar, tetapi sekedar pembimbing, fasilitator, dan pengarah.
Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu
keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik.
Belajar, juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh
pengulangan berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Belajar yang terjadi
bila ada balikan dan penguatan dari pembelajar. Betapapun belajar yang telah
direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh
karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat individual pebelajar.
Pembelajaran
tidak mengabaikan karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh
karena itu dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pebelajar
adalah “primus motor” dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk
memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis, dan mengoptimalkan hal-hal
yang berkaitan dengan (i) perhatian dan
motivasi belajar siswa, (ii) keaktifan siswa, (iii) optimalisasi keterlibatan
siswa, (iv) melakukan pengulangan-pengulangan belajar (v) pemberian tantangan
agar siswa bertanggung jawab , (vi) memberikan balikan dan penguatan terhadap
siswa, dan (vii) mengelola proses belajar sesuai dengan perbedaan individual
siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
hakikat pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
pembelajaran ?
3. Apa prinsip keterlibatan langsung
/berpengalaman ?
4. Apa prinsip pengulangan?
5. Apa tujuan prinsip tantangan?
6. Bagaimana prinsip
balikan dan penguatan?
7. Apa
saja psinsip perbedaan individual?
8. Apa
saja prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif?
C. Tujuan
1.
Memahami hakikat pembelajaran
2.
Memahami prinsip-prinsip pembelajaran
3.
Memahami prinsip keterlibatan
langsung/berpengalaman
4.
Memahami prinsip pengulangan
5.
Memahami prinsip tantangan
6.
Memahami prinsip balikan dan penguatan
7.
Memahami prinsip perbedaan individual
8.
Memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang
efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Pembelajaran
Pembelajaran
terjemahan dari bahasa inggris “Instruction”, terdiri dari dua kegiatan utama,
yaitu : a) belajar (Learning) dan b)
Mengajar (Teaching), kemudia di satukan dalam satu aktivitas, yaitu
kegiatan belajar-mengajar yang selanjutnya popular dengan istilah pembelajaran
(Instruction). Dengan demikian, untuk memenuhi hakikat pembelajaran, maka terlebih
dahulu harus memahami setiap bagian yaitu hakikat belajar dan mengajar.
Dari beberapa
sumber yang membahas mengenai pembelajaran, terdapat beberapa kesamaan
substansi tentang belajar yaitu pada
dasarnya adalah perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) sebagai
hasil interaksi antara siswa dan lingkungan pembelajaran. dari pengertian
tersebut memiliki dua unsur penting yang menjelaskan tentang belajar, yaitu 1)
perubahan perilaku, dan 2) hasil interaksi. Dengan dua indicator tersebut dapat
disimpulkan, bahwa perubahan yang terjadi itu, harus melalui suatu proses,
yaitu interaksi yang direncanakan antara siswa dengan lingkungan pembelajaran
untuk terjadinya kegiatan pembelajaran, jika tidak mau perubahan tersebut bukan
hasil belajar. oleh karena itu, perubahan perilaku pada siswa dapat dibedakan
dari dua segi: pertama perubahan
perilaku sebagai hasil pembelajaran, dan kedua
perubahan perilaku yang bukan dari hasil pembelajaran. Adapun yang harus
dilakukan oleh setiap tenaga kependidikan, bahwa perubahan perilaku pada setiap
peserta didik/ siswa tentu saja adalah perubahan perilaku hasil pembelajaran.
B.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran
Menurut
Chaedar Aswasilah, dengan memerhatikan bahawa hakikat pembelajaran adalah “interaksi
antara siswa dengan lingkungan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran
(perubahan)”, seperti yang sudah dikemukakan dalam pembahasan seblumnya, maka
terdapat beberapa prinsip umum yang harus menjadi inspirasi bagi pihak-pihak
yang terkait dengan pembelajaran (siswa dan guru), yaitu:
1. Prinsip umum
pembelajaran
Sebagai
simpulannya terhadap berbagai prinsip belajar baik menurut konsep behaviorisme,
kognitivisme maupun konstruktivisme, sukmadinata (2004 : 165-166) menyampaikan
prinsip umum belajar (sedikit dikembangkan) sebagai berikut.
a)
belajar merupakan bagian dari perkembangan
belajar dan berkembang merupakan dua hal
yang berbeda, tetapi erat
hubungannya. Dalam perkembangannya dituntut belajar, sedangkan melalui
belajar terjadi perkembangan individu yang pesat
b)
belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang
hayat (life long learning).
c)
Keberhasilan belajar dipengarui oleh factor-faktor bawaan, lingkungan,
kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
d)
Belajar mencapai semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar harus
mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan keterampilan hidup
(life skill). Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta
(kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya psikomotor.
e)
kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu. Berlangsung di
sekolah (kelas dan halaman sekolah), di rumah, di masyarakat, di tempat
rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, di dunia industri dan sebagainya.
f)
belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, berlangsung dalam
situasi formal, informal, dan nonformal.
g)
belajar yang terencana dan di sengaja menuntut motivasi yang tinggi. Biasanya
terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks, diarahkan kepada penguasaan,
pemecahan masalah, atau pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi. Ini harus
terencana, memerlukan waktu dan dengan upaya yang sungguh-sungguh.
h)
perbuatan belajar berfariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat
kompleks.
i)
dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu
dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, kurangnya motivasi, kelelahan
atau kejenuhan belajar.
j)
dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain.
Orang lain itu dapat guru, orang tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya,
ingat prinsip scaffolding dan ZPD.
k)
Bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang relatif permanen.
l)
Peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih
kodrati untuk ditumbuh kembangkan.
m)
Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear sejalan proses
kehidupan.
2. Prinsip khusus
pembelajaran
a). Prinsip perhatian dan motivasi
Perhatian dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting
sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Perhatian adalah
memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap
sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian dapat muncul secara spontan,
dapat juga muncul secara direncanakan. Dalam proses pembelajaran perhatian akan
muncul dari diri siswa apabila pelajaran yang diberikan merupakan bahan
pelajaran yang menarik dan dibutuhkan oleh siswa. Namun, jika perhatian alami
itu tidak muncul maka tugas guru untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap
pelajaran. Bentuk perhatian direfleksikan dengan cara melihat secara penuh
perhatian, meraba, menganalisis, dan juga aktivitas-aktivas lain dilakukan melalui
kegiatan fisik dan psikis.
Motivasi
berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada
suatau mata pelajaran cenderung memiliki perhatian yang lebih terhadap mata
pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam
belajar. Motivasi dapat bersifat internal, muncul dari dalam diri sendiri tanpa
ada intervensi dari yang lain, misalnya harapan, cita-cita, minat dan aspek
lain yang terdapat dalam diri sendiri.
Motivasi juga
dapat bersifat eksternal, yaitu stimulus yang muncul dari luar dirinya,
misalnya kondisi lingkungan kelas, sekolah adanya ganjaran berupa hadiah
(reward), dan pujian. Bahkan rasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan
salah satu factor munculnya motivasi.
Motivasi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu ; motiv intrinsic dan motif ekstrinsik.
Setiap motiv baik itu intrinsic maupun ekstrinsik dapat bersifat internal
maupun eksternal, sebaliknya motik tersebut juga dapat berubah dari eksternal
menjadi internal atau sebaliknya (transformasi motif). Motifasi dalam belajar
merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanan proses proses pembelajaran.
Hal ini didasari oleh beberapa hal, yaitu:
a)
Siswa harus senantiasa
didorong untuk bekerja sama dalam belajar.
b)
Siswa harus senantiasa
didorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan tuntutan belajar.
c)
Motivasi merupakan hal
yang penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui
pendidikan.
Motivasi
dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian
tujuan. Perilaku belajar yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah
pencapaian tujuan dan hasil belajar.
b)
Prinsip Keaktifan
Kecenderungan
psikologi saat ini menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memiliki kemauan, dan keinginan.
Belajar pada hakikatnya adalah proses aktif di mana seseorang melakukan
kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespons
terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain. Belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri. Jhon Dewey menyatakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari
dirinya.”
C.
Prinsip
Keterlibatan Langsung /Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan
dengan prinsip aktifitas, bahwa setiap individu harus terlihat secara langsung untuk
mengalaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan “I her and I forget, I see and I remember, I do and I understand”. Pendekatan
pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan
pembelajaran lebih efektif sehingga dapat menyapai tujuan pembelejaran lebih
efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Terkait dengan konsep
aktivitas, setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu)
terjun mengalami. Oleh karena itu, pantas kalau Edgar Dale melalui penggolongan
pengalaman belajarnya atau yang lebih dikenal dengan kerucut pengalaman
menyatakan bahwa “belajar yang paling
baik adalah melalui pengalaman langsung.” Idealnya setiap belajar harus terjadi
suatu proses internalisasi bagi pihak yang belajar, sebab belajar bukan hanya
sekedar proses mengahapal sejumlah konsep, prinsip atau fakta yang siap untuk
diingat. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung
aktif. Melakukan perbuatan belajar, hasilnya akan lebih efektif dibandingkan
dengan pendekatan yang hanya sekedar menuangkan pengetahuan-pengetahuan
informasi.
D.
Prinsip
Pengulangan
Teori yang dapat
dijadikan sebagai pentunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara
lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang di kemukakan oleh Edward L.
Thorndike (1974-1949). Kesimpulan penelitiannya telah memunculkan tiga dalil
belajar, yaitu “ Law of effect, Law of
exsecise, and Law readiness”. Teori lain yang dianggap memiliki kaitan erat
dengan prinsip pengulangan adalah yang dikemukakan oleh Psikologi Daya. Menurut
teori Daya, manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Oleh karena itu,
menurut teori ini, belajar adalah melebihi daya-daya dengan pengulangan, agar
setiap daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan
berkembang.
E.
Prinsip
Tantangan
Teori Medan (field
Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam setiap situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar, siswa
menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut siswa
dihadapkan kepada sejumah
hambatan/tantangan, yaitu mempelajari materi/bahan belajar. Maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan
belajar.
F.
Prinsip
Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang
berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditoning dari B.F. Skinner.
Kalau pada teori Conditoning yang
diberi kondisi adalah stimulusnya, sedangkan pada Operant Conditoning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari
teori ini adalah hukum “Law Of Effect” dari
Thorndike. Menurutnya, siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
G.
Psinsip
Perbedaan Individual
Perbedaan individual
dalam belajar, yaitu proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda
satu dengan yang lain, baik secara fisik maupun psikis. Untuk itu dalam proses
pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk
memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan selanjutnya mendapat perlakuan dan
pelayanan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Untuk
dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami
dengan benar ciri-ciri para siswanya, baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran
maupun dalam memberikan tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa
tersebut.
H.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran yang Efektif
Prinsip-psinsip yang
dapat dan harus di pegang dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif
meliputi : mengalami, interaksi, komunikasi, refleksi, mengembangkan keinginan.
Belajar merupakan aktivitas yang
dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna atau pemahaman. Karenanya
dalam pembelajaran guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk
menggunakan potensi dan otoritas yang dimilikinya untuk membangun suatu
gagasan.
Pencapaian keberhasilan belajar tidak
hanya menjadi tanggung jawab siswa, tetapi guru ikut bertanggung jawab dalam
menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi siswa untuk melakukan
kegiatan belajar sepanjang hayat. Oleh Karena itu, dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran,
sebagai berikut:
1)
Berpusat pada Siswa
Setiap
siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience) dan cara belajar (learning style) yang berbeda antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya. Oleh karena itu guru harus
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru harus
mendorong siswa agar dapat mengembangkan potensi, bakat serta minat yang dimilikinya secara optimal dan maksimal.
2)
Pembalikan Makna
Belajar
Dalam
konsep tradisional belajar hanya diartikan penerimaan informasi oleh peserta
didik dari sumber belajar. Akibatnya pembalajaran sering diartikan merupakan transfer of knowledge. Dalam kurikulum
berbasis kompetensi makna belajar tersebut harus di balik dimana belajar
diartikan merupakan proses aktivitas dan kegiatan siswa dalam membangun
pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Dan pada
dasarnya proses membangun pengetahuan dan pemahaman dapat dilakukan sendiri
oleh siswa dengan persepsi, pikiran (entering
behavior) serta perasaan siswa.
3)
Belajar dengan
Melakukan
Pada
hakikatnya dalam belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas. Aktivitas siswa
dalam belajar akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang
melibatkan dirinya terutama untuk mencari dan menemukan serta mempraktikannya
sendiri. Dengan cara ini siswa tidak mudah melupakan apa yang diperolehnya
selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengetahuan
dan pemahaman yang diperolehnya dengan cara mencari dan menemukan serta
mempraktikan sendiri akan tertanam dalam hati sanubari dan pikirannya siswa
karena ia belajar secara akatif dengan cara melakukan.
4) Mengembangkan
kemampuan social, kognitif, dan emosional.
Dalam
kegiatan pembelajaran siswa harus dikondisikan dalam suasana interaksi dengan
orang lain seperti antar siwa, antar
siswa dengan guru, dan siswa dengan masyarakat. Dengan interaksi yang intensif
siswa akan mudah untuk membangun pemahamannya. Guru dituntut untuk dapat mmilih
berbagai strategi pembelajaran yang
membuat siswa melakukan interaksi dengan orang lain, misalnya dengan diskusi,
sosiodrama, belajar secara kelompok dan sebagainya.
5) Mengembangkan
Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Bertuhan
Siswa
terlahir dengan rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah bertuhan. Rasa ingin
tahu dan imajinasi yang di miliki siswa merupakan modal dasar untuk bersikap
peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Sedangkan fitrah ber-Tuhan merupakan cikal
bakal manusia untuk beriman dan bertakwa kepada tuhan. Dengan pemahaman seperti
di atas, maka kegiatan pembelajaran perlu mengembangkan dan memerhatikan rasa
ingin tahu dan imajinasi siswa serta di arahkan pada pengesahan rasa keagamaan
sesuai dengan tingkatan usia siswa.
6) Mengembangkan
Keterampilan Pemecahan Masalah
dalam
kehidupan sehari-hari setiap orang akan di hadapkan kepada berbagai
permasalahan yang harus di pecahkan. Karenanya diperlukan keterampilan dalam
memecahkan masalah. Untuk terampil
memecahkan masalah seseorang harus belajar melalui pendidikan dan pengajaran.
Salah satu tolok ukur keberhasilan belajar siswa banyak ditentukan oleh
kemampuannya dan kecerdasannya dalam memecahkan masalah.
7) Mengembangkan
Kreativitas Siswa
Siswa
memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir, daya
imijinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan
pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar memberi kesempatan dan kebebasan
berkreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreativitas siswa.
8) Mengembangkan
Kemampuan Menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Agra
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah di produksi manusia dapat
dimanfaatkan oleh manusia pada umumnya serta siswa pada khususnya, siswa perlu
mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini, serta
tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
9) Menumbuhkan
Kesadaran sebagai Warga Negara yang Baik
Siswa
perlu memperoleh wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu, kegiatan pembelajaran perlu memberikan wawasan nilai-nilai social
kemasyarakatan, atriotism dan semangat cinta tanah air yang dapat membekali
siswa agar menjadi warga masyarakat dan Negara yang bertangguang jawab serta
memiliki semangat nasionalisme dan kebangsaan.
10) Belajar
Sepanjang Hayat
Menurut
ajaran Islam, menurut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim mulai dari buaian
sampai liang lahad atau istilah PBB live
long education. Belajar sepanjang hayat diperlukan, karena dunia pada
dasarnya terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan manusia untuk belajar
dan terus brlajar agar dapat mengerti dan memahami serta menguasainya.
11) Perpaduan
Kemandirian dan Kerja Sama
Siswa
perlu diberi pengertian dan pemahaman untuk belajar berkompetisi secara sehat,
bekerja sama, dan mengembangkan solidaritasnya. Kegiatan pembelajaran dengan
pemberian tugas-tugas individu untuk menumbuhkan kemandirian dan semangat
berkompetisi maupun tugas kelompok untuk menumbuhkan kerja sama dan
solidaritas.
I.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran AUD
1. Bermain
Sambil Belajar Atau Belajar Seraya Bermain
·
Bermain merupakan
kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan
otot kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara
keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah,
mengelola emosi, bersosialisasi, menegnal matematika, sains, dan banyak hal
lainnya.
·
Bermain bagi anak juga
sebagai pelepasan energy, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua
syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai
pengetahuan dan membangun pengalaman positif.
·
Kegiatan pembelajaran
melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar.
2. Berorientasi
Pada Kebutuhan
·
Anak-anak sebagai pusat
pembelajaran seluruh kegiatan pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan untuk
mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan
psikis anak.
·
Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran
PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua.
3. Stimulasi
Terpadu
·
Anak memiliki aspek
moral, social, emosional, fiisk, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak
juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan
perlindungan.
·
Pendidikan anak usia
dini memandang anak sebagai individu utuh, kareanya program layanan PAUD
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu.
·
Untuk memenuhi
stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerja
sama dengan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain
layanan PAUD Holistik Integratif menjadi keharusan yang dipenuhi dalam layanan
PAUD.
4. Berorientasi
Pada Perkembangan Anak
·
Anak memiliki keceptan
dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan
perkembangan yang sama.
·
Pembelajaran PAUD,
pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
anak, dan memberi dukungan sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
5. Lingkungan
Kondusif
·
Lingkungan adalah guru
ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan, kemandirian, aturan dan banyak hal
dari lingkungan bermain atau ruangan yang tertata dengan baik, bersih, nyaman,
terang aman dan ramah untuk anak.
·
Lingkungan pembelajaran
harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga
anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar
ruangan.
·
Penataan ruang belajar
harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat
berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
·
Lingkungan belajar
hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak
membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun
dilingkungan sekitar.
6. Menggunakan
Pendekatan Tematik
·
Kegiatan pembelajaran
dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.
·
Tema sebagai wadah
mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan mengenal lingkungan
sekitarnya
7. Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM)
·
Proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh
anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,
menyenagkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
·
Pengelolaan
pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan
subjek dalam proses pembelajaran.
8. Menggunakan
Berbagai Mendia Dan Sumber Belajar
·
Piaget meyakini bahwa
anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannya saat bermain karena
itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi
juga segala bahan yang ada disekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan
tanaman, dan sebagainya.
9. Anak
Sebagai Pembelajar Aktif
·
Pendidik memahami dan
mengarahkan anak unruk menjadi pembelajar aktif.
·
Pendidik merancang
proses kegiatan pembelajaran secara kreatif agar dapat menghasilkan pembelajar
yang aktif. Pendidik menjadi fasilitator dan pengawas.
10. Anak
Belajar Melalui Sensori Dan Panca Indera
·
Anak memperoleh
pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat bayangan dengan menggunakan
matanyan, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya, anak dapat
merasakan panas, dingin melalui perabanya, anak dapat membedakan bau melalui
hidung dan anak dapat mengetahui berbagai rasa melalui lidahnya, anak dapat
mengamati segala hal dengan menggunakan panca inderanya lalu dapat menyebutkan
manfaat dari masing-masing indera. Dengan demikian pembelajaran yang diberikan
kepada anak haruslah melibatkan seluruh indera anak untuk menghasilkan
pengetahuan bagi anak.
11. Anak
Membangun Pengetahuan Sendiri
·
Sejak lahir anak diberi
bekal kemampuan. Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak lahir dan
pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidupnya, anak dirangsang untuk
mencari berbagai informasi yang diketahui anak melalui media cetak, media
elektronik, dan lingkungannya agar anak terbiasa untuk percaya diri dan kreatif
dalam mencari dan mendapatkan pengetahuan yang mereka peroleh.
12. Anak
Berpikir Melalui Benda Konkret
·
Anak diberikan
pembelajaran melalui benda nyata agar anak tidak menerawang atau bingung
pengetahuan dan pemahaman anak akan muncul ketika diberikan benda yang nyata di
depan anak sebagai media pembelajaran.
13. Anak Belajar Dari Lingkungan
·
Menjadikan alam sebagai
sarana yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dengan
alam dalam membangun pengetahuannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Salah
satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak
dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara cepat. Oleh
karenanya, anda sebagai calon guru perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip
belajar yang dapat membimbing aktivitas anda dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat
diharapkan menentukan langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa memberi arah
prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan
Pembelajaran . Jakarta: PT RINEKA CITRA.
Supardi. (2013). Sekolah Efektif (konsep dasar dan
Praktiknya). Jakarta: PT RAJAGRAVINDO PERSADA.
Toto Ruhimat. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran .
Jakarta Utara: PT RAJAGRAVINDO PERSADA .
Suyono dan Haryanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran .
Bandung : PT.REMAJA ROSDAKARYA.
http://paudjateng.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-prinsip-pembelajaran-paud-anak-usia-dini.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar