Selasa, 15 Desember 2015

Prinsip-Prinsip Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Para ahli telah meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandng ilmu. Mereka telah menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar. Diantara prinsip-prinsip belajar yang penting berkenaan dnegan (i)perhatian dan motivasi belajar siswa, (ii) keaktifan belajar, (iii) keterlibatan dalam belajar, (iv) pengulangan belajar, (v) tantangan semangat belajar, (vi) pemberian balikan dan penguatan belajar, dan (vii) adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar, perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatakan perilaku untuk mencapai sasaran belajar. Perhatian berhubungan dengan motivasi sebagai tenaga penggerak belajar. Motivasi belajar dapat bersifat internal atau eksternal, maupun intrinsik atau ekstrinsik. Kondisi perhatian dan motivasi pebelajar (intrinsic, ekstrinsik, internal, eksternal) tersebut mempengaruhi rekayasa acara pembelajaran siswa. Dewasa ini para ahli memandang bahwa siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sekedar pembimbing, fasilitator, dan pengarah. Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar, juga tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, bersinambungan, tanpa henti. Belajar yang terjadi bila ada balikan dan penguatan dari pembelajar. Betapapun belajar yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat individual pebelajar.
Pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pebelajar adalah “primus motor” dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian, mengelola, menganalisis, dan mengoptimalkan hal-hal yang  berkaitan dengan (i) perhatian dan motivasi belajar siswa, (ii) keaktifan siswa, (iii) optimalisasi keterlibatan siswa, (iv) melakukan pengulangan-pengulangan belajar (v) pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab , (vi) memberikan balikan dan penguatan terhadap siswa, dan (vii) mengelola proses belajar sesuai dengan perbedaan individual siswa.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah hakikat pembelajaran?
2.      Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pembelajaran ?
3.      Apa prinsip keterlibatan langsung /berpengalaman ?
4.      Apa prinsip pengulangan?
5.      Apa tujuan prinsip tantangan?
6.      Bagaimana prinsip balikan dan penguatan?
7.      Apa saja psinsip perbedaan individual?
8.      Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif?

C.    Tujuan

1.      Memahami hakikat pembelajaran
2.      Memahami prinsip-prinsip pembelajaran
3.      Memahami prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman
4.      Memahami prinsip pengulangan
5.      Memahami prinsip tantangan
6.      Memahami prinsip balikan dan penguatan
7.      Memahami prinsip perbedaan individual
8.      Memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran terjemahan dari bahasa inggris “Instruction”, terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu : a) belajar (Learning) dan b)  Mengajar (Teaching), kemudia di satukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan belajar-mengajar yang selanjutnya popular dengan istilah pembelajaran (Instruction). Dengan demikian, untuk memenuhi hakikat pembelajaran, maka terlebih dahulu harus memahami setiap bagian yaitu hakikat belajar dan mengajar.
Dari beberapa sumber yang membahas mengenai pembelajaran, terdapat beberapa kesamaan substansi  tentang belajar yaitu pada dasarnya adalah perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) sebagai hasil interaksi antara siswa dan lingkungan pembelajaran. dari pengertian tersebut memiliki dua unsur penting yang menjelaskan tentang belajar, yaitu 1) perubahan perilaku, dan 2) hasil interaksi. Dengan dua indicator tersebut dapat disimpulkan, bahwa perubahan yang terjadi itu, harus melalui suatu proses, yaitu interaksi yang direncanakan antara siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk terjadinya kegiatan pembelajaran, jika tidak mau perubahan tersebut bukan hasil belajar. oleh karena itu, perubahan perilaku pada siswa dapat dibedakan dari dua segi: pertama perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran, dan kedua perubahan perilaku yang bukan dari hasil pembelajaran. Adapun yang harus dilakukan oleh setiap tenaga kependidikan, bahwa perubahan perilaku pada setiap peserta didik/ siswa tentu saja adalah perubahan perilaku hasil pembelajaran.
B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran
Menurut Chaedar Aswasilah, dengan memerhatikan bahawa hakikat pembelajaran adalah “interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (perubahan)”, seperti yang sudah dikemukakan dalam pembahasan seblumnya, maka terdapat beberapa prinsip umum yang harus menjadi inspirasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran (siswa dan guru), yaitu:

1.      Prinsip umum pembelajaran
Sebagai simpulannya terhadap berbagai prinsip belajar baik menurut konsep behaviorisme, kognitivisme maupun konstruktivisme, sukmadinata (2004 : 165-166) menyampaikan prinsip umum belajar (sedikit dikembangkan) sebagai berikut.
a) belajar merupakan bagian dari perkembangan
     belajar dan berkembang merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat          hubungannya. Dalam perkembangannya dituntut belajar, sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan individu yang pesat
b) belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran    sepanjang hayat (life long learning).
c) Keberhasilan belajar dipengarui oleh factor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif.
d) Belajar mencapai semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar harus mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan keterampilan hidup (life skill). Menurut Ki Hajar Dewantara belajar harus mengembangkan cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa (motivasi), dan karya psikomotor.
e) kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu. Berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah), di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, di dunia industri dan sebagainya.
f) belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru, berlangsung dalam situasi formal, informal, dan nonformal.
g) belajar yang terencana dan di sengaja menuntut motivasi yang tinggi. Biasanya terkait dengan pemenuhan tujuan yang kompleks, diarahkan kepada penguasaan, pemecahan masalah, atau pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi. Ini harus terencana, memerlukan waktu dan dengan upaya yang sungguh-sungguh.
h) perbuatan belajar berfariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.
i) dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat terjadi  karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, kurangnya motivasi, kelelahan atau kejenuhan belajar.
j) dalam hal tertentu belajar memerlukan adanya bantuan dan bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat guru, orang tua, teman sebaya yang kompeten dan lainnya, ingat prinsip scaffolding dan ZPD.
k) Bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang relatif permanen.
l) Peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuh kembangkan.
m) Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear sejalan      proses kehidupan.

2.      Prinsip khusus pembelajaran
a). Prinsip perhatian dan motivasi
     Perhatian dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian dapat muncul secara spontan, dapat juga muncul secara direncanakan. Dalam proses pembelajaran perhatian akan muncul dari diri siswa apabila pelajaran yang diberikan merupakan bahan pelajaran yang menarik dan dibutuhkan oleh siswa. Namun, jika perhatian alami itu tidak muncul maka tugas guru untuk membangkitkan perhatian siswa terhadap pelajaran. Bentuk perhatian direfleksikan dengan cara melihat secara penuh perhatian, meraba, menganalisis, dan juga aktivitas-aktivas lain dilakukan melalui kegiatan fisik dan psikis.
Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatau mata pelajaran cenderung memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut sehingga akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar. Motivasi dapat bersifat internal, muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada intervensi dari yang lain, misalnya harapan, cita-cita, minat dan aspek lain yang terdapat dalam diri sendiri.
Motivasi juga dapat bersifat eksternal, yaitu stimulus yang muncul dari luar dirinya, misalnya kondisi lingkungan kelas, sekolah adanya ganjaran berupa hadiah (reward), dan pujian. Bahkan rasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu factor munculnya motivasi.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu ; motiv intrinsic dan motif ekstrinsik. Setiap motiv baik itu intrinsic maupun ekstrinsik dapat bersifat internal maupun eksternal, sebaliknya motik tersebut juga dapat berubah dari eksternal menjadi internal atau sebaliknya (transformasi motif). Motifasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanan proses proses pembelajaran. Hal ini didasari oleh beberapa hal, yaitu:
a)      Siswa harus senantiasa didorong untuk bekerja sama dalam belajar.
b)      Siswa harus senantiasa didorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan tuntutan belajar.
c)      Motivasi merupakan hal yang penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan.
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian tujuan. Perilaku belajar yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah pencapaian tujuan dan hasil belajar.  
b)      Prinsip Keaktifan
Kecenderungan psikologi saat ini menyatakan bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memiliki kemauan, dan keinginan. Belajar pada hakikatnya adalah proses aktif di mana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespons terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain. Belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Jhon Dewey menyatakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari dirinya.”

C.    Prinsip Keterlibatan Langsung /Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktifitas, bahwa setiap individu harus terlihat secara langsung untuk mengalaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan “I her and I forget, I see and I remember, I do and I understand”. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran lebih efektif sehingga dapat menyapai tujuan pembelejaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Terkait dengan konsep aktivitas, setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) terjun mengalami. Oleh karena itu, pantas kalau Edgar Dale melalui penggolongan pengalaman belajarnya atau yang lebih dikenal dengan kerucut pengalaman menyatakan  bahwa “belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung.” Idealnya setiap belajar harus terjadi suatu proses internalisasi bagi pihak yang belajar, sebab belajar bukan hanya sekedar proses mengahapal sejumlah konsep, prinsip atau fakta yang siap untuk diingat. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung aktif. Melakukan perbuatan belajar, hasilnya akan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekedar menuangkan pengetahuan-pengetahuan informasi.

D.    Prinsip Pengulangan  
Teori yang dapat dijadikan sebagai pentunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang di kemukakan oleh Edward L. Thorndike (1974-1949). Kesimpulan penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu “ Law of effect, Law of exsecise, and Law readiness”. Teori lain yang dianggap memiliki kaitan erat dengan prinsip pengulangan adalah yang dikemukakan oleh Psikologi Daya. Menurut teori Daya, manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Oleh karena itu, menurut teori ini, belajar adalah melebihi daya-daya dengan pengulangan, agar setiap daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.  

E.     Prinsip Tantangan
Teori Medan (field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam setiap situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut siswa dihadapkan kepada sejumah  hambatan/tantangan, yaitu mempelajari materi/bahan belajar. Maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar.

F.     Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditoning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori Conditoning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, sedangkan pada Operant Conditoning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori ini adalah hukum “Law Of Effect” dari Thorndike. Menurutnya, siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.

G.    Psinsip Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain, baik secara fisik maupun psikis. Untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para siswanya, baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa tersebut.

H.    Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Efektif
Prinsip-psinsip yang dapat dan harus di pegang dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif meliputi : mengalami, interaksi, komunikasi, refleksi, mengembangkan keinginan.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna atau pemahaman. Karenanya dalam pembelajaran guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan potensi dan otoritas yang dimilikinya untuk membangun suatu gagasan.
Pencapaian keberhasilan belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab siswa, tetapi guru ikut bertanggung jawab dalam menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar sepanjang hayat. Oleh Karena itu, dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran, sebagai berikut:
1)      Berpusat pada Siswa
Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience) dan cara belajar (learning style) yang berbeda antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Oleh karena itu guru harus mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru harus mendorong siswa agar dapat mengembangkan potensi, bakat serta minat  yang dimilikinya secara optimal dan maksimal.

2)      Pembalikan Makna Belajar
Dalam konsep tradisional belajar hanya diartikan penerimaan informasi oleh peserta didik dari sumber belajar. Akibatnya pembalajaran sering diartikan merupakan transfer of knowledge. Dalam kurikulum berbasis kompetensi makna belajar tersebut harus di balik dimana belajar diartikan merupakan proses aktivitas dan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Dan pada dasarnya proses membangun pengetahuan dan pemahaman dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan persepsi, pikiran (entering behavior) serta perasaan siswa.

3)      Belajar dengan Melakukan
Pada hakikatnya dalam belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas. Aktivitas siswa dalam belajar akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang melibatkan dirinya terutama untuk mencari dan menemukan serta mempraktikannya sendiri. Dengan cara ini siswa tidak mudah melupakan apa yang diperolehnya selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengetahuan dan pemahaman yang diperolehnya dengan cara mencari dan menemukan serta mempraktikan sendiri akan tertanam dalam hati sanubari dan pikirannya siswa karena ia belajar secara akatif dengan cara melakukan.

4)      Mengembangkan kemampuan social, kognitif, dan emosional.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa harus dikondisikan dalam suasana interaksi dengan orang lain seperti  antar siwa, antar siswa dengan guru, dan siswa dengan masyarakat. Dengan interaksi yang intensif siswa akan mudah untuk membangun pemahamannya. Guru dituntut untuk dapat mmilih berbagai strategi pembelajaran  yang membuat siswa melakukan interaksi dengan orang lain, misalnya dengan diskusi, sosiodrama, belajar secara kelompok dan sebagainya.

5)      Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Bertuhan
Siswa terlahir dengan rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah bertuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi yang di miliki siswa merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Sedangkan fitrah ber-Tuhan merupakan cikal bakal manusia untuk beriman dan bertakwa kepada tuhan. Dengan pemahaman seperti di atas, maka kegiatan pembelajaran perlu mengembangkan dan memerhatikan rasa ingin tahu dan imajinasi siswa serta di arahkan pada pengesahan rasa keagamaan sesuai dengan tingkatan usia siswa.

6)      Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan di hadapkan kepada berbagai permasalahan yang harus di pecahkan. Karenanya diperlukan keterampilan dalam memecahkan masalah.  Untuk terampil memecahkan masalah seseorang harus belajar melalui pendidikan dan pengajaran. Salah satu tolok ukur keberhasilan belajar siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya dan kecerdasannya dalam memecahkan masalah.

7)      Mengembangkan Kreativitas Siswa
Siswa memiliki potensi yang berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir, daya imijinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar memberi kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreativitas siswa.

8)      Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Agra ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah di produksi manusia dapat dimanfaatkan oleh manusia pada umumnya serta siswa pada khususnya, siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini, serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

9)      Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga Negara yang Baik
Siswa perlu memperoleh wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu memberikan wawasan nilai-nilai social kemasyarakatan, atriotism dan semangat cinta tanah air yang dapat membekali siswa agar menjadi warga masyarakat dan Negara yang bertangguang jawab serta memiliki semangat nasionalisme dan kebangsaan.

10)     Belajar Sepanjang Hayat
Menurut ajaran Islam, menurut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim mulai dari buaian sampai liang lahad atau istilah PBB live long education. Belajar sepanjang hayat diperlukan, karena dunia pada dasarnya terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan manusia untuk belajar dan terus brlajar agar dapat mengerti dan memahami serta menguasainya.

11)     Perpaduan Kemandirian dan Kerja Sama
Siswa perlu diberi pengertian dan pemahaman untuk belajar berkompetisi secara sehat, bekerja sama, dan mengembangkan solidaritasnya. Kegiatan pembelajaran dengan pemberian tugas-tugas individu untuk menumbuhkan kemandirian dan semangat berkompetisi maupun tugas kelompok untuk menumbuhkan kerja sama dan solidaritas.

I.       Prinsip-Prinsip Pembelajaran AUD
1.      Bermain Sambil Belajar Atau Belajar Seraya Bermain
·         Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan otot kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi, menegnal matematika, sains, dan banyak hal lainnya.
·         Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energy, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan membangun pengalaman positif.
·         Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar.

2.      Berorientasi Pada Kebutuhan
·         Anak-anak sebagai pusat pembelajaran seluruh kegiatan pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak.
·         Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua.

3.      Stimulasi Terpadu
·         Anak memiliki aspek moral, social, emosional, fiisk, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan perlindungan.
·         Pendidikan anak usia dini memandang anak sebagai individu utuh, kareanya program layanan PAUD dilakukan secara menyeluruh dan terpadu.


·         Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerja sama dengan layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD Holistik Integratif menjadi keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD.

4.      Berorientasi Pada Perkembangan Anak
·         Anak memiliki keceptan dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama.
·         Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan lingkungan sekitarnya.

5.      Lingkungan Kondusif
·         Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan, kemandirian, aturan dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang aman dan ramah untuk anak.
·         Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan.
·         Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
·         Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun dilingkungan sekitar.

6.      Menggunakan Pendekatan Tematik
·         Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.
·         Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan mengenal lingkungan sekitarnya

7.      Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM)
·         Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenagkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
·         Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

8.      Menggunakan Berbagai Mendia Dan Sumber Belajar
·         Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang digunakannya saat bermain karena itu media belajar bukan hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada disekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan tanaman, dan sebagainya.  

9.      Anak Sebagai Pembelajar Aktif
·         Pendidik memahami dan mengarahkan anak unruk menjadi pembelajar aktif.
·         Pendidik merancang proses kegiatan pembelajaran secara kreatif agar dapat menghasilkan pembelajar yang aktif. Pendidik menjadi fasilitator dan pengawas.

10.  Anak Belajar Melalui Sensori Dan Panca Indera
·         Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat bayangan dengan menggunakan matanyan, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya, anak dapat merasakan panas, dingin melalui perabanya, anak dapat membedakan bau melalui hidung dan anak dapat mengetahui berbagai rasa melalui lidahnya, anak dapat mengamati segala hal dengan menggunakan panca inderanya lalu dapat menyebutkan manfaat dari masing-masing indera. Dengan demikian pembelajaran yang diberikan kepada anak haruslah melibatkan seluruh indera anak untuk menghasilkan pengetahuan bagi anak.


11.  Anak Membangun Pengetahuan Sendiri
·         Sejak lahir anak diberi bekal kemampuan. Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidupnya, anak dirangsang untuk mencari berbagai informasi yang diketahui anak melalui media cetak, media elektronik, dan lingkungannya agar anak terbiasa untuk percaya diri dan kreatif dalam mencari dan mendapatkan pengetahuan yang mereka peroleh.

12.  Anak Berpikir Melalui Benda Konkret
·         Anak diberikan pembelajaran melalui benda nyata agar anak tidak menerawang atau bingung pengetahuan dan pemahaman anak akan muncul ketika diberikan benda yang nyata di depan anak sebagai media pembelajaran.

13.   Anak Belajar Dari Lingkungan
·         Menjadikan alam sebagai sarana yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan berinteraksi dengan alam dalam membangun pengetahuannya.





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara cepat. Oleh karenanya, anda sebagai calon guru perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.




DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: PT RINEKA CITRA.
Supardi. (2013). Sekolah Efektif (konsep dasar dan Praktiknya). Jakarta: PT RAJAGRAVINDO PERSADA.
Toto Ruhimat. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta Utara: PT RAJAGRAVINDO PERSADA .
Suyono dan Haryanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran . Bandung : PT.REMAJA ROSDAKARYA.
http://paudjateng.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-prinsip-pembelajaran-paud-anak-usia-dini.html?m=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar